Page 259 - 3 Curut Berkacu
P. 259

 Patah Hati 241
bersama senyum Bima yang terpaksa harus memutar tubuh gempalnya yang semula membelakangi.
Gue membalas sambutan Iqbal, “Sehat, Bal, Alhamdulillah!” dan langsung bergabung dengan mereka. Gue mengambil posisi duduk di jok motor Bima dan berdampingan dengannya. Iqbal persis berada di hadapan gue, kami saling bertatap wajah sangat dekat, ia hanya tersenyum ramah, dan senyum ini yang selalu menyemangati gue.
Berbeda dengan malam saat di bioskop, Iqbal yang bersama Fiera membelakangi gue dan mempertontonkan kemesraan mereka, seakan menafikan keberadaan gue yang sedang terbakar dilanda api cemburu. Pagi ini Iqbal seakan tanpa beban, tanpa rasa bersalah terhadap apa yang telah ditimbulkannya pada batin gue.
“Kenapa, Yu, Kok bengong aja, lagi ada masalah lu?”
Tiba-tiba saja Iqbal bertanya, mungkin dia bingung melihat gue sejak tadi dengan tatapan kosong menyorot wajahnya.
Gue tersontak. Seketika gue berusaha untuk bersikap normal dan tak menampakkan kegundahan hati gue. “Nggak kok! Gue nggak apa-apa!” balas gue dengan senyum. Namun, kalimat sanggahan gue itu sangat menyakitkan, karena gue harus berpura-pura.
Gue tau Iqbal tidak begitu saja percaya bahwa gue tidak apa-apa. Gue tidak ingin dia curiga bahwa kegundahan hati gue disebabkan karena dia. Gue tau Iqbal tidak bersalah sedikitpun, meskipun begitu hati gue tidak mudah menerimanya. Sosok Iqbal yang ada di depan gue tetap menjadi tertuduh utama dalam kegalauan gue.



























































































   257   258   259   260   261