Page 260 - 3 Curut Berkacu
P. 260
242 3 Curut Berkacu
“Beneran, Yu?” tukasnya.
Dugaan gue tidak meleset, Iqbal tidak percaya. Gue harus memutar otak untuk mencari ‘kambing hitam’ atas aura kegalauan yang terlanjur gue pancarkan.
“Iya, Bal, cuman si Bunga Bangakai itu bertingkah lagi!” jawab gue lirih.
Iqbal beranjak dari motornya. Dia berdiri di samping gue, merangkul gue dari samping, jemarinya meremas pundak kiri gue.
“Gue ngerti yang lu rasakan, bro!”
“Sebenarnya gue mau bilang ke lu, kalo si Bunga Bangkai itu beberapa kali ngomongin lu ke senior kita yg satu Ambalan dengan gue, tapi gue masih tahan karena lu pasti sangat emosi kalo lu tau!”
Iqbal sepertinya berhasil terpancing dengan kepura- puraan gue tentang si Bunga Bangkai. Dia percaya bahwa kegundahan gue memang karena Bunga Bangkai sialan itu. Meskipun memang si Bunga Bangkai ini semakin mengganggu karena masih terus berusaha menjejal gue dengan menghembuskan fitnah-fitnahnya.
“Iya, Bal, gue juga bingung, kenapa dia gitu banget ke gue,” ujar gue menyambut kegelisahannya.
“Tapi lu gak usah hiraukan, Yu, gue malah menentang ucapan senior itu kok, biar dia gak terpengaruh dengan omongan si Bunga Bangkai,” tambahnya.
“Yu, kita kan sahabat lu, duka lu duka kita juga bro! iya kan, Bal?” gumam Bima yang sedari tadi hanya menyimak saja.
Iqbal tersenyum, ia bergeser ke belakang, merangkul gue dan Bima. “Betul kata Bima, Yu, kita adalah sahabat,