Page 261 - 3 Curut Berkacu
P. 261
Patah Hati 243
kita harus saling mendukung!” tegasnya.
Suara peluit morse mulai terdengar, pertanda seluruh
rangkaian latihan Saka hari ini akan segera dimulai. Tidak seperti biasanya, kami bertiga selalu mengambil barisan paling depan, kali ini gue menyendiri di barisan paling belakang, jauh dari jangkauan Iqbal dan Bima.
Hari ini memang tidak biasanya, benar-benar tidak seperti biasanya. Gue lebih banyak memisahkan diri dari Iqbal dan Bima. Saat penyampaian materi Saka, pun gue banyak diam. Sesekali Iqbal dan Bima menoleh ke arah gue yang duduk jauh dari mereka, gue hanya tersenyum singkat atau pura-pura tidak memerhatikan.
Juga, saat jam istrahat tiba, gue ke kantin sendiri saja tanpa nungguin mereka. Tapi gak lama setelah gue menikmati semangkuk mie instan ‘tante’ alias tanpa telur, gue melihat mereka berdua sedang berjalan menuju kantin juga. Gue tetap pura-pura tak menyadari kedatangan mereka.
“Wah, si bapak makan gak ngajak-ngajak nih,” sindir Bima sesampainya di kantin.
“Pak, pesan mie instannya satu ya, lu juga mau, Bim?” ujar Iqbal selanjutnya sambil menawarkan pesanan yang sama ke Bima, “mau dong, pesan juga satu ya, pak!” sambut Bima saat itu juga. Tanpa menghiraukan sindiran Bima, gue tetap fokus sama mie instan yang sedang gue santap.
Suasana hening.
Iqbal sedang memainkan ponselnya yang memiliki layar lebih lebar dari punya gue, kelihatannya sedang chat dengan seseorang, mungkin Fiera. Dan Bima memandangi