Page 270 - 3 Curut Berkacu
P. 270
252 3 Curut Berkacu
pergi. Setiap ruasnya punya cerita, setiap jengkalnya ada kenangan, dan di setiap sudutnya ada gelak tawa, canda, dan keriangan. Jujur, hati gue sangat berat melakukan ini. Tak terasa mata gue berkaca-kaca.
Suara batuk Vespa Iqbal mulai berdesing. Kami beranjak meninggalkan parkiran Polres. Hingga di perempatan ujung alun-alun, kami berpisah. Gue sein ke kanan dan Iqbal menjulurkan tangan kiri sebagai tanda sein ke kiri. Maklum, Vespa tuanya tak memiliki ‘fitur’ sein lagi. Sebelum berbelok, kami saling menoleh. Gue melambaikan tangan dan Iqbal membalas dengan senyum khasnya. Gue berharap esok-esok gue masih bisa menemukan senyum itu lagi.
§§§