Page 268 - 3 Curut Berkacu
P. 268
250 3 Curut Berkacu
mimiknya yang emosional, terpancar aura amarah dan kecewa. Mungkin, inilah bentuk perwujudan dari sebuah persahabatan. Iqbal tidak terima sahabatnya diperlakukan dengan semena-mena tanpa sanggup membalasnya.
“Ya, begitulah, Bal, gue gak enak juga terus-terusan dalam posisi terpojok gini. Gue sadar, gue penegak baru. Gue sadar, gue belum tau banyak tentang kepramukaan. Tapi, apa salah kalo anak penegak baru kayak gue ikut kegiatan di luar Ambalan? Dan apa iya, senior di Ambalan jadi ada yang merasa terlangkahi gara-gara itu?”
Iqbal hanya terdiam. Beberapa saat kami saling berpandangan.
“Dan lu tau kan, Bal, salah satu syarat utama bisa gabung di Saka adalah...,”
“Ya, aktif di Ambalan atau Gugus Depannya!” jawab Iqbal menyela kalimat gue.
“Yu, bagi gue, lu gak salah! Gue tau banget siapa lu, dan gue tau banget tipe orang seperti si Bunga Bangkai itu!” lanjutnya.
“Tapi, Bal, ini sudah jadi keputusan gue. Insya Allah gue tetap aktif di Pramuka kok, percaya deh! Apalagi sekarang gue jadi pengurus DKR, lagi pula kan gue hanya gak aktif di Saka Bhayangkara doang. Itu bukan berarti kita gak sahabatan lagi loh!”
Gue melihat ada sedikit senyum terpancar dari bibir tipis Iqbal.
“Oke, Yu, gue paham.” Tandasnya dengan suara berat.
“Lu aktif di kepengurusan DKR, tentu itu tanggung jawab besar lu sekarang ini. Karena masuk DKR pun pasti butuh proses dan harus mengikuti beberapa tahap seleksi,