Page 267 - 3 Curut Berkacu
P. 267
Patah Hati 249
gue ingin fokus dan berkonsentrasi agar bisa tetap berkarya tanpa gangguan,” lanjut gue.
“Gangguan apa maksud lu?” tanya Iqbal terlihat bingung.
“Bal, lu tau kan, gue gak mungkin terus menerus menerima dipojokin dan difitnah, gue juga punya hati, Bal. Gue mau buktiin bahwa di luar Saka Bhayangkara, gue juga bisa punya kontribusi dan prestasi kepramukaan tanpa mesti ada bayang-bayang senior yang merasa berjasa ngelibatin gue dan merasa gue telah melangkahinya! Dan untuk mewujudkan itu, gue harus meninggalkan Saka Bhayangkara, Bal!”
“Maksud lu gangguan dari si Bunga Bangkai itu?” tanya Iqbal, berkoak.
Gue mengangguk.
Sebelumnya, Iqbal tidak pernah manatap gue seserius ini. Matanya sangat tajam tak berkedip, rahangnya bergemeletuk sampai-sampai mengeluarkan bunyi gigi bergemeretak, tangan kirinya dikepalkan dan kanannya meremas pundak gue, pandangannya sesekali dipalingkan ke kiri atau ke kanan.
Sesaat ia menghela nafas selanjutnya berkata, “Beruntung saja dia senior kita, Yu, dan cewek pula!” terus sejenak terdiam, “kalau tidak, gue sendiri yang akan hantam dia!” ia menarik nafas lagi dan lanjut berkata, “lagian kenapa juga dia bisa begitu sama lu, orang berprestasi kok dijulitin, harusnya sebagai senior ya banggalah punya junior kayak lu, dasar Pramuka KW, sampah!!”
Baru kali in gue mendengar Iqbal berbicara dengan nada tinggi. Baru kali ini juga gue melihat raut wajah dan