Page 278 - 3 Curut Berkacu
P. 278
260 3 Curut Berkacu
kesabaran, apalagi saat menghadapi situasi genting dalam menangani pasien yang kondisinya antara hidup dan mati. Gue tidak boleh terlihat panik saat pasien atau keluarga pasien sedang panik. Gue tetap harus cool, tenang, dan juga harus mampu menenangkan.
Setiap minggu, jadwal latihan gue dimulai pukul 13.00 wib, itu pun kalau tidak molor. Berlokasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi, tidak jauh dari lokasi Polres, bahkan masih dalam area yang sama dengan Polres, di alun-alun Kota Bekasi.
Biasanya, seusai berkumpul di sekret DKR, gue langsung ke basecamp Saka Bakti Husada. Berbeda dengan kondisi sekretariat DKR, basecamp Saka Bakti Husada terlihat jauh lebih bersih dan rapi. Dinding dan plafonnya bercat putih hampir tanpa noda, inventaris yang tertata dengan baik, dan alat-alat peraga medis dan kesehatan juga tersusun dengan apik. Berbeda dengan Saka Bhayangkara juga, di sini latihan dilakukan lebih banyak di dalam ruangan karena selalu berkaitan dengan penggunaan alat-alat medis yang dituntut selalu harus steril.
Selama masa latihan, Kak Pramono yang biasa kami panggil Kak Pram, salah satu Pamong Saka Bakti Husada, selalu membimbing kami dengan baik, tak jarang diselingi dengan canda dan gurauan, ini berbeda dengan Kak Afif di Saka Bhayangkara, yang senyumnya saja mahal, tapi sesuailah dengan kondisi dan budaya Saka masing-masing.
Kak Pram ternyata sebelumnya juga pernah menjadi anggota Saka Bhayangkara, kemudian pindah ke Saka Bakti Husada, tapi gue nggak tau kenapa dia pindah, yang pasti bukan karena Bunga Violet dan Bunga Bangkai. Itu kenapa