Page 296 - 3 Curut Berkacu
P. 296
278 3 Curut Berkacu
berterimakasih kepada ibu kalian untuk apa yang telah mereka lakukan demi kalian? Sudahkah kalian memohon maaf pada ibu kalian untuk kesalahan yang pernah kalian perbuat? Seorang ibu tidak membutuhkan apa-apa dari kalian. Mereka melihat kalian senang dan bahagia, itu sudah lebih dari cukup untuk seorang ibu.”
Gue pun mulai terenyuh. Gue teringat dengan sosok nyokap dan bokap gue. Meskipun singkat, gue sempat mengenyam kasih sayang mereka. Tapi gue tidak lagi berkesempatan untuk membalas jasa dan pengorbanan mereka. Tangis gue pun pecah tak terbendung. Air mata gue berderai. Suara gue terisak keras tak sanggup lagi melerainya.
“Adik-adik,”
“Selain sosok ibu yang sangat berjasa dalam kehidupan kita adalah sosok guru kita. Jasa seorang guru tidak dapat dinilai dengan apapun di dunia ini. Para guru-guru kita telah membimbing kita dengan penuh sabar untuk menghantarkan kita mengenyam pendidikan, mulai saat kita belajar membaca dan menulis. Seorang guru mungkin saja juga seorang ibu. Mereka harus mengurus anak-anaknya di dalam rumahnya, tapi mereka juga harus mendidik kita di sekolah agar kita menjadi anak yang cerdas dan memiliki modal untuk masa depan kita kelak. Kesabaran seorang guru sangat besar nilainya.”
Malam terakhir ini ditutup dengan kegiatan renungan malam yang sangat menyentuh. Tak satupun peserta yang tidak menangis. Rasa lelah dan letih setelah melewati halang rintang menjadi sirna. Rasa kantuk di tengah