Page 295 - 3 Curut Berkacu
P. 295
bawah kaki ibu?”
Suara isak tangis mulai terdengar memecah suasana sepi saat sang senior sesekali terdiam. Iringan lagu-lagu perjuangan tetap menyertai. Jeritan dari beberapa peserta cewek memekakkan telinga, menambah jenis alunan suara di tengah malam gulita.
“Adik-adik,”
“Setiap ibu adalah sosok wanita yang sangat tegar dengan penuh perjuangan dan pengorbanan. Di saat kita masih dalam kandungannya, selama 9 bulan lamanya tanpa pamrih, kita sudah diberikan kasih sayang. Saat kita dilahirkan pun, seorang ibu harus berjuang dengan taruhan nyawanya, hidup atau mati. Belum cukup sampai di situ, saat kita terlahir pun, mereka masih berjuang merawat dan membesarkan kita dengan ikhlas. Saat kita menangis di tengah malam, ibu bangun dan menimang kita penuh welas asih meski kantuk harus dilawan. Saat kita mulai belajar berjalan, kita terjatuh dan menangis, ibu menenangkan kita dengan belaian lembutnya. Saat kalian beranjak lebih besar, apakah kalian ingat kejadian saat adik-adik diajak ibu ke suatu tempat dan adik-adik merengek dibelikan sesuatu, mungkin mainan atau jajanan, ibu dengan sukarela membelikannya, meskipun mungkin itu adalah uang yang disiapkan untuk membeli keperluannya, tapi ibu mengabaikan keperluannya demi kita. Dia tidak pernah mengeluh dan tidak pernah menceritakan bahwa ibu tidak memiliki uang yang banyak untuk itu. Apakah adik-adik ingat saat kalian melakukan kesalahan dan membuat ibu marah, itu adalah tanda kasih sangat ibu karena mereka ingin yang terbaik untuk anak- anaknya. Masihkah kalian ingat semua itu? Sudahkah kalian
Pelarian 277