Page 293 - 3 Curut Berkacu
P. 293

 Pelarian 275
seadanya.
Lagu ‘Tanah Airku’ ciptaan Ibu Sud dengan lembut
mulai menggema setelah seorang senior memerintahkan kami untuk menyanyikannya secara bersama-sama. Dilanjutkan dengan lagu ‘Gugur Bunga’ ciptaan Ismail Marzuki tak kalah menggugah hati.
“Adik-adik,”
“Dalam nuansa keheningan malam, di antara lirihnya hembusan sang bayu dan kemilau cahaya bintang, adalah jiwa-jiwa kita yang kembali meniti detak waktu yang telah terlampaui. Sejenak menjernihkan hati, dalam kepasrahan Yang Maha Kuasa.”
Seorang senior yang lain mulai berbicara dengan sendu. Suaranya seakan menghanyutkan perasaan. Ia berbicara tentang perjuangan hidup menuju kehidupan kekal nanti, apa yang telah dipersiapkan; berbicara tentang berbakti pada orang tua, apa yang telah kami lakukan sebagai anak; berbicara tentang persahabatan, dan beberapa tema menyentuh lainnya.
“Adik-adik,”
“Pada malam ini, di tengah kesendirian, kakak ingin mengajak adik-adik berfikir jernih, sambil merenung kembali perjalanan kehidupan ini, sejak adik-adik dapat membedakan antara yang benar dan yang salah hingga saat ini, renungkan perjalan kehidupan yang adik-adik telah lalui, kakak yakin bahwa adik-adik akan menemui jalan yang terbaik untuk mengenal diri sendiri dan menjadi Pramuka sejati.”
“Adik-adik,”
“Di tengah malam yang gelap gulita ini, hanya berteman
























































































   291   292   293   294   295