Page 294 - 3 Curut Berkacu
P. 294
276 3 Curut Berkacu
cahaya lilin, cobalah adik-adik merenungkan kembali perjalanan hidup ini sejak adik-adik lahir hingga berada di tempat ini, apa saja yang adik-adik telah perbuat untuk membalas jasa dan pengorbanan orang tua kita, yang telah bersusah payah dengan bermandikan kucuran keringat tanpa mengenal payah dan lelah membesarkan kita, apa adik-adik? Mereka membanting tulang, tidak peduli siang atau malam, panas atau hujan, walau dengan pakaian basah dan kering di badan, terkadang harus mencucurkan air mata menahan pedihnya menghadapi penderitaan hidup ini, tetapi mereka selalu memperlihatkan kita tawa dan senyum. Terkadang mereka sakit tapi tidak dihiraukan asalkan mereka dapat membesarkan kita, anak-anaknya. Mereka lebih peduli dengan kesenangan dan kebahagiaan anak-anaknya dibanding kesenangan dan kebahagiaan mereka sendiri. Jiwa dan raga mereka selalu mereka pertaruhkan demi kelangsungan hidup anak-anaknya. Pernahkan adik-adik renungkan dan pikirkan tentang ini? Pernahkah?”
“Adik-adik, cobalah bayangkan! Coba renungkan! Saat adik- adik mempersiapkan dan menghadiri kegiatan ini, tentunya tidak lepas dari orang tua kalian. Adik-adik bisa berkumpul di sini karena restu mereka. Apapun kalian pasti masih bergantung pada mereka. Saat ini, mereka di rumah menanti kalian dengan rasa rindu, mereka tidak bisa menghubungi adik-adik karena ponsel kalian harus dimatikan selama kegiatan berlangsung. Tapi, apakah adik-adik juga rindu pada mereka? Mereka hanya bisa berdoa agar adik-adik dapat kembali lagi ke rumah dengan selamat. Apa itu juga kalian lakukan? Apa kalian mendoakan mereka? Ingatlah, kita sebagai anak, wajib untuk berbakti pada orang tua kita, khususnya kepada ibu kita, bukannya surga terletak di