Page 324 - 3 Curut Berkacu
P. 324

 306 3 Curut Berkacu
juga gak begitu banget kali. Memang lu mau kaki lu begini terus, jadi pincang permanen!”
Gue terdiam, pasrah saja pada Tuhan Yang Maha Kuasa dan pada anak PMR ini juga. Sambil mengurut pergelangan kaki gue, dia memutar-mutar kaki gue ke kiri dan ke kanan bergantian.
“Pelan-pelan woi, yang punya kaki masih hidup ini!” ketus gue.
“Iya, bawel banget sih, diem-diem aja situ!”
Sementara itu, gue masih kepikiran dengan nasib ponsel gue yang rusak. Dulu, gue harus menabung berbulan- bulan buat beli hp ini. Tapi apa daya, jika ini sudah takdiri si HP untuk harus pensiun dini. Hanya saja, dia matinya dalam keadaan su’ul khotimah, mati dalam keadaan terlindas mengenaskan.
Dan masih ada satu hal yang sangat mengganjal di hati gue. Ya, soal pesan yang Bima ingin sampaikan tadi tapi terpotong karena insiden itu.
‘Ayolah, come on!’ gue berusaha menghidupkan ponsel gue sambil menahan nyeri, berharap masih bisa digunakan, meskipun dengan penampakan layar yang sudah tidak beraturan lagi. Sayangnya, ponsel gue hanya bisa menyala saja, layarnya sama sekali tidak bisa disentuh, mungkin sistem touchscreen-nya yang rusak.
Rasa penasaran gue semakin menjadi-jadi. Apa maksud Bima dengan kalimatnya ‘sudah tahu kabar’. Kabar apa? Kenapa begitu penting kabar itu, sampai dia harus menelpon gue berkali-kali. Aduh, rasa penasaran ini benar- benar tidak bisa diajak berdamai dah!


























































































   322   323   324   325   326