Page 326 - 3 Curut Berkacu
P. 326
308 3 Curut Berkacu Lala.
“Emm, pegang aja dulu deh, La.” Jawab gue
“Oke!”
“Bagaimana kabar lu, Yu, sudah mendingan kan?
Katanya, tadi lu diurut sama anak PMRnya ya?”
“Iya tadi, lumayan ini sudah enakan.”
Gue bangun dari pembaringan, meraih sepatu untuk
gue kenakan lagi, dan berniat beranjak dari ruangan UKS ini, bergabung dengan teman-teman lainnya untuk latihan, tentunya setelah jam istrahat siang kelar.
Lala memandangi gue dengan sorot mata yang sayu, seakan memancarkan kesedihan. Mungkin dia sedang prihatin melihat gue abis tertabrak, pikir gue.
“Yu, gue mau kasih unjuk lu sesuatu ini,” kata Lala kemudian.
“Apa itu?” tanya gue curiga.
“Iqbal, Yu!” sambungnya tertunduk seakan ia tak ingin gue melihat wajahnya.
“Kenapa Iqbal?”
Gue berhenti sejenak mengenakan sepatu. Gue mengalihkan pandangan ke Lala yang masih tertunduk. Tiba-tiba saja gue teringat Bima yang tadi pagi menghubungi gue tapi terputus. Apakah mungkin ada hubungannya dengan itu.
Lala hanya terdiam, perlahan-lahan wajahnya diangkat. Ada air mata di pipinya. Kecurigaan semakin melingkupi hati gue. Kemudian Lala menyodorkan ponselnya, gue pun merengkuhnya. Tanda tanya semakin menyesaki benak gue.
“La, ada apa dengan Iqbal??” Gue kembali mengulangi