Page 327 - 3 Curut Berkacu
P. 327

 Selamat Jalan 309
pertanyaan gue dengan tekanan lebih. Lala tidak menjawab. Dia hanya menyorotkan matanya ke ponsel dia yang sudah berpindah ke tangan gue.
Mata gue kini berpaling ke layar ponsel Lala, ‘ini kan grup Saka Bhayangkara,’ bisik gue. Lala juga anggota Saka Bhayangkara bersama gue, tapi semenjak gue tidak aktif lagi, Lala pun jadi jarang ikut latihan, meski masih mengikuti grupnya.
Tatkala gue mulai memerhatikan isi perbincangan di grup, gue tercengang melihat sebuah banner ucapan. Di dalamnya ada foto Iqbal dengan seragam Pramuka lengkap, diperelok dengan senyum khas di bibirnya. Gue membaca sebuah kalimat yang menyertai foto itu.
‘Turut Berduka Cita atas Wafatnya Sahabat Kita,...’
Gue terhenti membacanya, gue gak sanggup meneruskan.
Dada gue seketika menderam, mendentum, dan bergemuruh. Sekejap pandangan gue jadi muram. Darah gue seolah berhenti berdesir, seiring berhentinya degub jantung gue, dan seketika tersembur menderas ke setiap titik pembuluh darah gue.
“La, ini boongan, kan?” suara pekik gue seolah memungkiri apa yang telah gue liat dalam perbincangan grup itu. Lala menggelang.
“Nggak, Yu!”
“Iqbal meninggal dunia.”
Bibir gue jadi kelu, diam membungkam. Pandangan
gue alihkan ke dinding bercat putih di ruang UKS. Bayang- bayang Iqbal serasa hadir. Gue seperti melayang kembali























































































   325   326   327   328   329