Page 329 - 3 Curut Berkacu
P. 329

 Selamat Jalan 311
rumah ini sepi. Hanya ada sisa-sisa dan bekas memandikan jenazah.
“Kok sepi ya, La?”
“Kurang tau juga, Yu!”
Gue penasaran menyaksikan kondisi rumah ini sepi.
Pintu dan jendela rumah tertutup rapat, tapi pagar terbuka. Biasanya rumah duka itu selalu ramai dikunjungi oleh pelayat meskipun jenazah sudah dikuburkan, tapi ini tidak.
Gue akhirnya beranjak ingin cari tahu, mungkin ke tetangga sebelah. Bertepatan terdengar suara memanggil, “Wahyu!” dari arah luar. Itu suara yang sangat tidak asing bagi gue.
“Bima!” balas gue.
“Bim, kok rumah Iqbal sepi ya?”
Bukannya menjawab pertanyaan gue tapi malah nanya
balik, “Lu ke mana aja, Yu? Gue udah hubungin berkali-kali tapi nomor lu gak aktif.”
“Eh, iya, maaf, Bim, tadi gue kena sedikit kecelakaan, terus HP gue jadi rusak dan gak bisa fungsi lagi,”
“Loh kok bisa, Yu?”
“Ya, bisa aja, Bim, namanya juga musibah!”
“Lu bisa ndak usah omongin HP, gak! Gue tanya,
sekarang jenazah Iqbal di mana? Kenapa rumahnya sepi? Gue ingin ketemu Iqbal untuk terakhir kalinya, Bim!”
Pertanyaan beruntun gue menjejali Bima. Gue gak sabar untuk tahu kenapa, namun jawaban itu belum juga gue peroleh.
“Gue sudah coba menghubungi lu dari tadi pagi, Yu!” “Maksud lu, Bim?”

















































































   327   328   329   330   331