Page 325 - 3 Curut Berkacu
P. 325

 ‘Huuuuft,’ gue menarik nafas dalam.
“Coba digerakin kakinya, sudah enakan belum?” tanya si anak PMR.
“Eh, iya, lumayan, hihihi,” sahut gue dengan rasa senang.
“Terimakasih ya, sorry nih kalau ngerepotin.”
“Iya, sama-sama. Lain kali jangan lagi ngerepotin, ya!” balasnya agak ketus. Gue jadi terdiam dengan kalimat singkat yang menusuk hati kecil gue yang unyu-unyu ini.
“Ya sudah, mending lu istrahat dulu aja, gak apa-apa kok kakinya,” lanjutnya.
“Iya, thanks ya, sekali lagi,” ucap gue dengan lembut dan senyum.
Mata gue semakin sayup, ruang UKS ini terasa enak untuk istrahat. Pantes saja banyak anak-anak yang rajin masuk UKS, apalagi yang alasannya kebanyakan drama. Selain dapat suguhan teh panas dan roti gratis, ruang UKS memang tempat yang pas untuk bermimpi indah. Rasanya jauh lebih nyaman dari kasur gue di rumah, sumpah. Pokoknya recommended banget deh, hahahaha.
***
Kenikmatan ruang UKS sungguh-sungguh
memanjakan gue. Mata gue terlelap hingga tak sadar gue baru terbangun pukul dua belas siang, dan melihat Lala sudah berada di samping gue.
“Yu, bangun!” Lala menggoyang-goyangkan tubuh gue.
“Iya, maaf, gue ketiduran.”
“Uang kas ada di gue, Yu, mau ditaruh di mana?” tanya
Selamat Jalan 307




















































































   323   324   325   326   327