Page 50 - 3 Curut Berkacu
P. 50
32 3 Curut Berkacu
diingetin kalau itu gak baik, tapi rasanya gak nikmat aja makan soto kalo gak pedes.
“Nih Bim, lihat!” lanjut Iqbal yang sejak tadi berusaha membuka benang jahitan di baret Bima. Dia tarik benang itu dengan paksa.
“Egghhh... eagghh, eaahhh!” begitulah kira-kira suara Iqbal saat lepasin benang itu, dan benang itu pun terlepas dah.
“Kelepas ya, Bal?” tanya gue.
“Eghh... eyaa... i..ini deh, di..dikit la..lagi”
Iqbal memandang gue dengan pandangan yang cukup
serius sambil tetap berusaha menarik jahitan itu. Mungkin dia gunakan tenaga dalam sampai bicaranya gagap gitu ya. “Bal, mau lu apain baret gue?” tanya Bima yang tengah
mengunyah sotonya.
“Mau dimerdekakan baret lu, Bim!” sahut gue.
“Loh, kok lu yang jawab, Yu?”
“Gak sengaja! Udahlah, mending lu doa aja supaya
baret lu selamat!” sambung gue.
“Oh gitu ya?” tanya Bima sambil melongo.
“Iye, beri semangat juga deh!”
“Oke Yu! Ayo Bal, semangat Bal! Semangat, lu pasti
bisa!” seru Bima.
Eh, agak jijik gue lihat wajah Bima yang melongo
sambil ngunyah gitu. Gue gak pedulilah, pikir gue sambil lanjutkan suapan-suapan soto. Karena Iqbal sibuk dengan urusan ‘bedah’ baretnya, sesekali gue ngambil ayam di mangkok dia tanpa dia sadari.
“Breeekkk” tiba-tiba terdengar suara khas gitu deh. “Suara apa tuh?” tanya Bima spontan.