Page 63 - 3 Curut Berkacu
P. 63
Curut Ngelantur 45
yang tidak berfaedah itu.
“Lu berdua sama aje, njir!”
“Gak ada yang bener!”
Iqbal masih berusaha menyanggah sambil menggaruk
kepalanya pelan, ia kelihatan bingung.
“Ini masalah pribadi keluarga gue.”
“Sorry, gue gak bisa cerita sama kalian berdua.”
Lanjutnya singkat.
Apa boleh buat, gue gak bisa memaksakan dia untuk
cerita. Meskipun sebenarnya gue merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. Gue pengen kasian.
Suasana kembali hening.
“Ya sudah, dari pada ngerèm di sini, mending kita ngelantur aja kuy!”
Gue mencoba memecahkan suasana yang mulai terasa hambar. Iqbal dan Bima menyetujui ajakan gue. Segera kita bayar jajanannya dan cabut tanpa tujuan.
Saat ini sudah menunjukkan pukul 00.00 WHG (Waktu HP Gue).
‘Trotot... trott trott tott...’
Suara kenalpot Vespa milik Iqbal mulai bersuara. Rodanya mulai berputar. Entah ke mana kita akan pergi. Terus melaju saja mengikuti arah mata angin. Gue yang dibonceng oleh Bima, berusaha merengkuhkan tubuh gue merapat ke tubuh Bima dengan sedikit menunduk, menjadikan tubuh Bima sebagai perisai dari terpaan angin malam yang mulai dingin.
“Woi, Yu... kita mau ke mana ini?” tanya Iqbal setengah berteriak.