Page 66 - 3 Curut Berkacu
P. 66
48 3 Curut Berkacu
Lu bisa bayangkan bukan? Bagaimana gue mengarungi kehidupan ini tanpa orang tua. Tapi justru itulah yang membuat gue semakin kuat. Ya, gue merasa semakin kuat. Tidak jarang, saat teman gue curhat tentang masalahnya, menurut gue itu bukan masalah yang berarti tapi menurutnya masalah yang dihadapinya itu seakan mulai kiamat.
Tidak sedikit orang yang menghadapi masalah malah lari dari masalahnya. Orang dalam kategori ini, tidak akan pernah sampai pada tujuan kesuksesannya. Selalu menjadi pecundang! Tapi gue yakin, lu yang sedang baca buku gue ini semoga terjauhkan dari sifat pecundang dan lari dari masalah. Hadapi dan selesaikan bro...!
“Yu... Yu...!”
“Wahyuuuu...!”
Sebuah teriakan yang memanggil nama gue tiba-tiba
membuyarkan lamunan singkat gue. Ternyata Iqbal.
“Yu, lu tau gak masalah gue?” tanya Iqbal.
“Lah, gak taulah! Lu kan belum cerita!” jawab gue
setengah menghardiknya sambil mengerutkan kelopak mata gue.
Gue menduga, sejak tadi dia berfikir untuk memulai mengungkapkan apa masalah yang sedang dihadapinya. Dan saat ini adalah detik-detik yang gue nantikan.
“Iya, jadi tadi mama gue telpon...”
“Ah, terus kenapa Émmak lu?”
Baru saja Iqbal mulai menjelaskan, Bima tiba-tiba
nyosor aja menyela sambil menoleh ke arah Iqbal dengan wajah sok perhatian.