Page 68 - 3 Curut Berkacu
P. 68

 50 3 Curut Berkacu
medesaklah yang harus diutamakan untuk diselesaikan. Masalah yang gak penting dan gak mendesak, misalnya kepoin urusan pribadi orang lain, mending disingkirkan jauh-jauh.
“Gue bingung ini, besok kan kita latihan Saka, terus gue bawa baju doang tanpa celana. Duh, gimana dong?”
Iqbal terlihat panik. Gak membayangkan gimana mengikuti latihan Saka tanpa celana Pramuka. Itu hampir mustahil terjadi. Kembali ke rumahnya selarut ini juga tidak memungkinkan. Selain karena cukup jauh ke Kranji sana, juga karena cukup beresiko berkendara sendiri di tengah larutnya malam.
“Ya udah, Bal, tenang aja! Lu pake sarung si Wahyu aja sih” saran aneh Bima yang langsung ditanggapi oleh Iqbal, “gila lu, mana mungkin, jir! Pramuka anak pesantren juga gak segitunya kali!”
Roda motor kami terus berputar, melaju pelan meski tetap tanpa arah. Berhubung ketek gue juga mulai kaku sedari tadi terhempas angin malam gegara gue lupa gak pake jaket, gue akhirnya mengajak mereka kembali ke rumah saja.
“Ya udah bro, mending kita balik aja, nanti kita bicarakan di rumah, gimana solusinya yang tepat.” Kata gue dan tanpa berfikir panjang, mereka pun menyetujuinya.
***
Rumah gue berada di tengah kampung, memasukinya
harus melewati lorong demi lorong, gang demi gang. Raungan serak-serak suara motor Vespa Iqbal memecahkan kesepian malam di sepanjang lorong dan gang. Gue

























































































   66   67   68   69   70