Page 83 - 3 Curut Berkacu
P. 83

 Sambal Berikrar 65
panas kuah soto.
“Kayaknya ada yang kurang deh. Tapi apa ya?” celetuk
Iqbal persis saat gue hendak memulai suapan pertama. “Kurang tempat? Atau karena kita makan dengan latar tong sampah?” sahut Bima sambil menyeruput kuah
sotonya.
“Entah, tapi gue merasa kurang aja,” kata Iqbal
memandangi mangkuk soto yang belum juga disantap. “Maksud lu, karena kita bertiga bego makan di samping popok itu?” teriak gue sambil menjulurkan sendok
ke arah popok itu.
“Oh, jadi kita bertiga emang bego ya?” lanjut Bima
dengan gaya sok lugunya. Hening...
Gue sadar. Iqbal benar. Ada sesuatu yang kurang. Namun bertepatan dengan itu, si Abang soto tiba-tiba muncul, “Ini Mas, ketinggalan,” serunya sambil menyodorkan sebuah wadah plastik kecil.
“Bro, ini nih yang ketinggalan, jadi perasaan ada yang kurang,” teriak gue ke arah mereka sambil meletakkan mangkuk soto di permukaan sadel motor dengan hati-hati. Sambal! Itulah yang ketinggalan. Dengan sigap gue meraih wadah itu dari tangan si Abang soto.
“Wah iya, Yu! Bener... bener! Hahahaha...,” kata Iqbal sambil terbahak.
Dengan bangganya, gue menepuk-nepuk dada gue seolah sombong karena telah menemukan sesuatu yang berharga. Karena saking lapernya, sampe lupa tentang sambal. Dan tak pikir panjang lagi, gue menyendok sambal sampai 5 kali sendokan kecil dari wadah itu hingga kuah





















































































   81   82   83   84   85