Page 85 - 3 Curut Berkacu
P. 85

 Sambal Berikrar 67
menyala. Oh Tuhanku, ini adalah bentuk rejeki yang tak ternilai bagi gue, di samping setumpuk keterbatasan dalam hidup gue.
Saat ini adalah momen kali pertama gue merasakan ikatan tali persahabatan, seakan telah berhasil mengaktifkan hormon-hormon kebahagiaan gue. Ternyata, menjadi bahagia itu sangat sederhana. Kita selalu bebas memilih bentuk kebahagiaan yang kita inginkan. Bahkan kita bisa menciptakan kebahagiaan itu dari hal-hal yang kecil.
Gue, Iqbal, dan Bima adalah penyatuan persahabatan dari latar belakang yang berbeda. Tapi kami juga memiliki kesamaan yang kuat. Kami selalu haus untuk berkarya dan dunia kepanduan adalah pilihan yang sama bagi kami untuk memulai karya-karya nyata itu. Juga, kami sama- sama doyan soto.
Rasa panas di bibir gue mulai berkurang. Gue bangkit dari sisi pembaringan, berjalan ke ruang tamu dan menghempaskan tubuh gue di atas sofa untuk berbaring sejenak. Gue menghela napas panjang, seakan melepaskan setumpuk keletihan selepas latihan hari ini. Rasa panas akan pedasnya sambal, memang telah membakar congor gue. Namun di balik itu, gue telah menganggap bahwa ini adalah sebuah ikrar tentang persahabatan kami.
§§§





























































































   83   84   85   86   87