Page 47 - deCODE Vol 2/2018
P. 47
Aku takut Bi Asih....
“Anak papi yang dulu papi inginkan!” Lalu dengan sangat cepat, seseorang menarik kedua bahuku dengan sangat kencang sampai aku merasa melayang di udara. Entah ayah atau ibuku, tetapi cengkraman ini sangat sakit.
“Gara-gara kamu cacat! Klien saya tidak mau bekerja sama dengan saya! Dasar anak tidak berguna!” suara Ayahku sangat amat dekat dan penuh amarah, aku hanya bisa menangis kencang. Maafkan aku ayah. “A.. Af.. Ay.. Ah..”
“Sudah tidak usah menangis! Apalagi berbicara. Tidak akan membuat klien ayah dan ibumu kembali!” ibuku berseru kencang.
Tiba-tiba tubuhku dihempaskan ke lantai dengan sangat kencang. Sakit sekali, sakitnya melebihi apapun yang pernah aku alami selama ini. Darah kembali mengalir dari hidungku, kepalaku sangat pusing, perlahan kesadaranku mulai menghilang. Lalu aku tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya. Aku berharap aku tidak akan pernah bangun kembali Tuhan..
***
Author’s POV
Suasana rumah sakit sedang ramai saat itu. Banyak orang-orang berjalan hilir mudik dengan segala keperluan mereka. Disudut ruangan IGD terlihat beberapa orang sedang menunggu dokter yang keluar dari ruangan itu dan membawa kabar baik. Mimik wajah beberapa orang itu sangat cemas dan tegang.
Seorang pria menghela nafasnya dengan kencang, mimik wajah orang itu terlihat tegang sekaligus sedih. Lalu ia melihat ke arah ayahnya yang juga melakukan hal sama, sangat menyesali perbuatannya.
“Apa yang sudah papi lakukan kepada Aila? Kenapa dia sampai masuk UGD pi?” tanya lelaki itu, Angga.
“Papi cuma bilang dia anak yang tidak berguna dan menghempaskan dia ke lantai.,” jawab Ayahnya dengan nada menyesal.
“Papi! Aila itu anak kandung papi juga! Kenapa papi lakukan itu?” teriak Angga marah. “Papi khilaf nak..”
Seorang perempuan berdiri dari duduknya dan segera melerai kedua laki-laki yang tidak lain merupakan suami dan anaknya sambil mengusap air matanya. Sedih.
“Sudah, sudah, jangan saling menyalahkan. Ini semua salah kita karena mengabaikan Aila. Sekarang kita tunggu dokter semoga membawa berita baik.”
Semua orang mengangguk, termasuk Bi Asih dan suaminya yang sudah menangis tersedu-sedu karena kejadian ini. Lalu pintu IGD berderit terbuka. Keluar seorang dokter dan suster membuat semua orang di ruangan itu berdiri dan menghampiri sang dokter yang masih berpakaian operasi.
“Dok bagaimana keadaan anak saya?” tanya sang Ibu.
Dokter itu menghela nafas pelan, mimik
deCODE Magazine 49