Page 117 - e-MODUL BIOLOGI BERBASIS SOCIO SCIENTIFIC ISSUE KELAS XI_Neat
P. 117

Penggunaan ganja sebagai tanaman obat masih menjadi hal yang kontroversial
               di  Indonesia.  Di  Indonesia,  menggunakan  dan  memiliki  ganja  (Cannabis  sativa)
               merupakan perbuatan ilegal. Hal ini karena ganja merupkan salah satu jenis narkotika

               golongan  I  yang  terlampir  dalam  Undang-undang  No.35  Tahun  2009  tentang
               Narkotika (UU Narkotika).
                     Berbeda  dengan  Indonesia,  beberapa  negara  justru  melegalkan  penggunaan
               ganja sebagai  tanaman obat. Sebut saja negara seperti Kanada, Uruguay,  Jamaika,
               Thailand,  bahkan  Korea  Utara  yang  tertutup  melegalkan  penggunaan  mariyuana.
               Salah satu alasannya adalah banyaknya penelitian yang mendukung manfaat ganja
               sebagai tanaman obat dalam berbagai penggunaan medis.
                     Tentunya,  penggunaan  ganja  sebagai  tanaman  obat  untuk  keperluan  medis

               hanya berlaku sesuai porsi dan dianjurkan oleh dokter. Berikut beberapa penelitian
               yang membuktikan manfaat ganja untuk beberapa penyakit baik fisik maupun psikis.

               1. Anti-nyeri neuropatik
                     Nyeri  neuropatik  merupakan  sebuatan  umum  untuk  menggambarkan  rasa
               nyeri  akibat  kerusakan  pada  saraf.  Sebuah  penelitian  yang  dipublikasikan  dalam
               jurnal CMAJ pada Oktober 2010 menemukan bukti bahwa ganja sebagai tanaman obat

               mampu meredakan nyeri neuropatik. Dengan mengisap marijuana, nyeri neuropatik
               bisa berkurang.
                     Penelitian  ini  melibatkan  23  peserta  usia  dewasa  yang  mengalami  nyeri
               neuropatik pasca-trauma atau pasca-operasi besar. Para peserta diminta mengisap
               dosis 25 mg tonggal melalui pipa tiga kali sehari selama 5 hari. Setelahnya, intensitas
               nyeri yang dirasakan peserta diukur menggunakan skala numerik.
                     Hasilnya, intensitas nyeri berkurang signifikan. Selain itu, peserta mengalami

               peningkatan kualitas tidur. Meski begitu, studi mengenai keamanan metode ini harus
               dilakukan lebih lanjut.
               2. Radang usus kronis
                     Ganja  sebagai  tanaman  obat,  telah  dilaporkan  menghasilkan  efek
               menguntungkan bagi pasien dengan penyakit radang usus. Studi yang diterbitkan
               dalam jurnal Clinical Gastroenterology Hepatology tahun 2013 melakukan uji kontrol
               terkait hal tersebut.

                     Mereka  merekrut  21  pasien  radang  usus  kronis  yang  dibagi  menjadi  dua
               kelompok. Kelompok pertama diminta mengisap ganja, sedangkan kelompok kedua
               diminta  mengisap  plasebo  (obat  kosong).  Hasilnya,  selama  8  minggu  perawatan,
               kelompok pertama dilaporkan mengalami peningkatan nafsu makan dan tidur tanpa
               efek samping yang signifikan.
               3. Terapi PTSD
                     Sebuah  penelitian  yang  diterbitkan  dalam  jurnal  Behavioural  Pharmacology
               2016 lalu membuktikan manfaat ganja untuk terapi gangguan stress pasca-trauma




                                                                                     Sistem Koordinasi | 105
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122