Page 12 - RESPON DUNIA INTERNASIONAL TERHADAP KEMERDEKAAN INDONESIA fix
P. 12
Selanjutnya, para delegasi Indonesia menghadiri Konferensi Inter-Asia di New
Delhi atas undangan Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru, pada 20-23 Januari 1949.
Forum ini khusus membahas Agresi Militer Belanda II di Indonesia. Konferensi ini dihadiri
oleh perwakilan sejumlah negara Asia, Afrika, dan Oceania, termasuk India, Cina,
Afghanistan, Arab Saudi, Irak, Lebanon, Yaman, Pakistan, Nepal, Birma (Myanmar),
Thailand, Filipina, Sri Lanka, Mesir, Ethiopia, juga Australia dan Selandia Baru.
Hasilnya cukup signifikan. Forum sepakat meminta PBB agar secepatnya turun-
tangan untuk mengatasi persoalan antara Belanda dan Indonesia itu. Meskipun Belanda
tetap ngotot mempertahankan sikapnya, namun PBB punya pertimbangan tersendiri dan
terbitlah resolusi tertanggal 28 Januari 1949 yang menguntungkan Indonesia.
Penjajah Akhirnya Menyerah
Resolusi DK PBB tanggal 28 Januari 1949 memuat beberapa poin penting untuk
mendamaikan Indonesia dan Belanda. Yang paling penting tentu saja adalah bahwa
Belanda wajib segera menghentikan semua aksi militernya di Indonesia. Sebaliknya,
Indonesia harus berhenti pula melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Selain itu, DK PBB memerintahkan kepada Belanda untuk membebaskan semua
tawanan politik, termasuk para petinggi pemerintahan RI, dan membebaskan mereka dalam
untuk kembali menjalankan tugasnya.
Poin penting ketiga yang termaktub dalam Resolusi 67 DK PBB adalah
dibentuknya United Nations Commission for Indonesia (UNCI). Komisi bentukan PBB
pengganti KTN ini diberi wewenang yang lebih luas untuk menghasilkan perdamaian
antara Belanda dan Indonesia. UNCI bertugas membantu memperlancar perundingan,
mengawasi penyelenggaraan pemilihan umum dan penyusunan Undang-Undang Dasar,
juga mendesak Belanda agar segera melakukan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia
selambat-lambatnya tanggal 1 Juli 1949 (Insaniwati, 2002:78).
Meskipun agresi militer akhirnya dihentikan, namun Belanda sempat menolak
sebagian besar isi resolusi itu, terutama datang dari Dr. Louis Beel selaku pejabat tertinggi
Belanda di Indonesia sekaligus Wakil Agung Kerajaan Belanda. Inilah yang menyebabkan
terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949.
Desakan dari dunia internasional yang kian kuat, dukungan PBB untuk Indonesia,
ditambah pukulan telak dengan berkobarnya Serangan Umum 1 Maret 1949, membuat
12