Page 97 - E BOOK EKONOMI ISLAM
P. 97
secara tidak sah (bathil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang
sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan (fadhl)
atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah
penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok
pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).
Larangan riba yang terdapat dalam Al-Quran tidak diturunkan sekaligus,
melainkan diturunkan dalam empat tahap, diantaranya: Pertama, Surat Ar-
Rum (39)
ٰ
اوُبرَي َ
ا
َدْن ع ْ ْ لَف ساَّنلا لاوْمَا ْْٓ ي ف وُب ْ رَي ل اًب ر ْ ن م مُتْيَتا ْٓامو
ْ
َ
َ
َ َ
ۤ
ٰ
ٰ
ٰ
ُ
ُ
مُه َكِٕىلواَف ٰ اللّ َهْجو َن ْ ودْيرُت ةوكَز ْ ن م مُتْيَتا ْٓاموۚ ٰ اللّ
ْ
ُ
َ
َ َ
ْ
٣٩ - َن ْ وُف عْضُملا
Artinya:
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh
keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan
(pahalanya)”.
5) Bathil
Secara bahasa berarti batal, tidak sah. Dalam aktivitas jual beli Allah
menegaskan manusia di larang mengambil harta dengan cara bathil.
Sebagaimana yang tersebut dalam al-qur’an surat Al-Baqarah (2) :188
91