Page 98 - E BOOK EKONOMI ISLAM
P. 98
ُ ْ
ْ
َّ ْ
ُ
َ
َ
َ
ماكُحلا ىل ا ْٓاهب ا ْ ولْدُتو ل طاَبلاب مُكنْيَب مُكلاوْمَا ا ْْٓ ولُكأَت َ لْو
ْ
ْ
َ
َ
َ
َ
نوملْعَت مُتْنَاو مث لْاب ساَّنلا لاوْمَا ْ ن م اقْيرَف ا ْ ولُكأَت ل
١٨٨ - ࣖ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ْ َ ً ُ ْ
Artinya:
“Dan janganah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang
batil, dan (janganlah) kamu menyuao dengan harta itu kepada para
hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang
lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”
Hal ini menegaskan bahwa dalam aktivitas ekonomi tidak boleh di lakukan
dengan jalan yang bathil seperti mengurangi timbangan, mencampur
barang yang rusak di antara barang yang baik untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih banyak, menimbun barang, menipu atau memaksa.
Transaksi yang dilakukan oleh lembaga keuagan syariah akan menjadi
bathil jika syarat dan rukunnya tidak terpenuhi serta bertentangan dengan
syariah Islam.
B. Menjalankan Bisnis Dan Aktivitas Perdagangan Yang Berbasis
Perolehan Keuntungan Yang Sah Menurut Syariah
Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh syariah. Akad
merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan) antara bank dengan pihak lain yang berisikan hak dan kewajiban
masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah. Akad dinyatakan sah apabila
terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun akad ada 3, yaitu adanya pernyataan untuk
mengikatkan diri, pihak-pihak yang berakad, dan objek akad. Akad menjadi tidak
sah apabila taa’lluq dan terjadi suatu perjanjian dimana pelaku, objek, dan
periodenya sama.
92