Page 277 - Book Kelas IX Seni Budaya BS.indb
P. 277

d.  Beri catatan pada dialog-dialog yang telah kamu latihankan itu,
                         sehingga nanti bisa dilatihkan ulang.





















                             3.c                    3.c                     3.c

                 4.  Latihan Teknik Membina Puncak-Puncak

                     Teknik membina puncak-puncak adalah teknik yang dilakukan oleh
                 pemeran terhadap jalannya pementasan lakon. Teknik ini dilakukan oleh
                 pemeran untuk menuju klimaks permainan. Teknik ini bisa dilakukan
                 dengan cara sebagai berikut.
                     a.  Buatlah kelompok untuk latihan ini dan lakukan latihannya.

                     b.  Latihan menahan intensitas emosi, yaitu dengan cara melakukan
                         tahap demi tahap penggunaan emosi pemeran pada suatu
                         pementasan lakon. Misalnya, ketika A marah, maka kemarahan
                         itu bisa dilakukan mulai dari kemarahan yang paling rendah
                         sampai pada puncak kemarahan tingkat yang paling tinggi.
                         Kalau kemarahan itu pada awalnya sudah dimulai dari tingkat
                         yang tinggi maka ketika sampai pada puncaknya sudah tidak
                         bisa marah lagi.

                     c.  Latihan menahan reaksi terhadap perkembangan alur, yaitu
                         menyesuaikan tingkat emosi yang terdapat pada alur yang
                         sedang dimainkan. Misalnya, si A memainkan peran yang sangat
                         ketakutan, dan ketakutan itu harus muncul pada klimaks. Maka
                         reaksi ketakutan tersebut harus disesuaikan dengan adegan-
                         adegan yang sedang berlangsung sampai pada puncak ketakutan
                         pada klimaks.

                     d.  Latihan gabungan, yaitu memadukan antara gerakan dan suara.
                         Apabila pemeran menggunakan suara yang keras maka harus
                         diimbangi dengan gerakan-gerakan yang ditahan, begitu juga





                                                                      Seni Budaya       267
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282