Page 13 - E-Modul Larutan Elektrolit Non Elektrolit
P. 13
Apersepsi
Pekalongan The World's City of Batik
Pekalongan adalah salah satu kota di pesisir utara Pulau Jawa yang dulunya
merupakan salah satu bandar atau pelabuhan besar, tempat singgah dan berlabuh
kapal-kapal besar dari berbagai penjuru dunia, seperti Cina, Arab, India, dan
Eropa (Purnomo,2010). Pekalongan memiliki sejarah akar pembatikan yang kuat
hingga saat ini. Dalam peta sejarah pembatikan di Indonesia, nama Pekalongan
tercatat sebagai daerah penghasil batik dengan inovasi dan kualitas yang tinggi.
Di samping itu juga kekhasan akan tata warna yang beragam serta ragam hias
yang multietnik menjadikannya batik Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir
lainnya. Kota Pekalongan juga memiliki julukan yang menarik yaitu Kota Batik.
Selain itu, Kota Pekalongan juga masuk ke dalam jaringan kota kreatif oleh
UNESCO dalam kategori crafts and folk art pada akhir tahun 2014 serta
mempunyai city branding yaitu World’s city of Batik.
Batik merupakan salah satu karya seni yang keindahannya terlihat dari corak
atau motifnya. Bagaikan sebuah lukisan, motif atau corak dalam berbagai warna
dilukiskan di atas sehelai kain mori. Warna adalah salah satu unsur pesona batik.
Jika kita mengulik topik tentang warna batik, maka kita akan menemukan bahwa
batik dari setiap daerah memiliki ciri warna berbeda.
Proses pewarnaan batik dilakukan dengan menggunakan zat warna tekstil.
Yang dimaksud pewarna atau zat pewarna batik adalah zat warna tekstil yang
dapat digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan
maupun coletan pada suhu kamar sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang
warnanya. Secara umum berdasarkan sumber asalnya zat pewarna dibagi menjadi
2 yaitu:
1. Zat pewarna alami
2. Zat pewarna sintetis.
Pada jaman dahulu proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam.
Namun, seiring peningkatan kebutuhan dan kemajuan teknologi dengan
ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah
penggunaan zat warna alam.
7