Page 116 - Negara Kolonial 1854-1942. Panduan penelitian arsip kementerian urusan tanah jajahan. Kepulauan nusantara
P. 116

22  De Adviseur voor Inlandse (en Arabische) Zaken (Penasihat

                      untuk Urusan Pribumi (dan Arab))

               Setelah pembukaan Terusan Suez (1869), jumlah peziarah ke Mekah meningkat dan jumlah
               orang Arab di kepulauan Indonesia juga meningkat. Pada tahun 1878 pemerintah Hindia
               mengangkat seorang ahli orientalis L.W.C. van den Berg menjadi Adviseur voor Oosterse
               Talen en Mohammedaans Recht (Penasihat untuk Bahasa Oriental dan Hukum Islam). Dia
               ditugaskan untuk melakukan penelitian tentang imigrasi orang Arab dan dampak agama
               terhadap masyarakat Indonesia. Studinya Le Hadhramout et les colonies arabes dans
               l’archipel indien (1886, Batavia) masih dianggap sebagai karya standar.

               Perang Aceh, yang dimulai pada tahun 1873, dan sampai pada saat itu berjalan kurang
               memuaskan bagi pemerintah tanah jajahan, membuat penyelidikan mengenai Islam mendapat
               dorongan baru. Setelah Van den Berg kembali ke Belanda, pada tahun 1891 Christiaan
               Snouck Hurgronje ditunjuk sebagai penggantinya. Snouck, seorang mahasiswa teologi Leiden
               sangat tertarik kepada bahasa dan ajaran wajib dari Al Quran. Dia pernah hampir satu tahun
               tinggal di Jeddah dan Mekah (1884-1885) dan memiliki hubungan baik dengan dunia Arab.
               Gubernur-Jenderal C.H.A. van der Wyck (1893-1899) dalam waktu singkat melibatkannya
               dengan urusan Aceh. Gubernur Aceh mendapatkan perintah agar sebanyak mungkin bekerja
               sama dengan Snouck dalam segala urusan sipil. Dalam Gouvernementsbesluit (Peraturan
               Pemerintah) 8 April 1898, fungsi Adviseur voor Oosterse Talen en Mohammedaans Recht
               dialihkan menjadi Adviseur voor Inlandse en Arabische Zaken (Penasihat untuk Urusan
               Pribumi dan Arab) yang tugasnya terdiri dari mempelajari instellingen van de islam (lembaga
               Islam), khususnya di Hindia-Belanda (Bijblad / Lembar tambahan no. 5393). Dengan
               memberinya kebebasan yang luas, pemerintah mencoba untuk mengikat Snouck.

               Karena perbedaan pendapat yang sangat mendalam tentang kebijakan Aceh dengan Gubernur
               Jenderal J.B. van Heutsz (1904-1909), pada tahun 1906 Snouck memutuskan untuk kembali
               ke Belanda. Dia menjadi gurubesar di Leiden dan sampai saat ia meninggal pada tahun 1936
               memberikan advis kepada Minister van Koloniën (Menteri Urusan Tanah Jajahan) tentang
               semua hal yang berkaitan dengan kepentingan kelompok masyarakat Indonesia dan Arab.
               Posisi penasihat tetap dipertahankan di Hindia-Belanda, meskipun sesuai dengan instruksi
               baru (Bijblad 1907 no. 6639) hanya dilibatkan dengan Inlandse Zaken (Urusan Pribumi).
               Dalam kaitan itu, pada tahun 1909 ia mendapat tugas tertentu, yaitu memberikan advis dan
               melakukan pengawasan atas pendidikan inlandsche jongelieden van voorname afkomst (para
               pemuda pribumi dari kalangan atas): yang terakhir itu atas permintaan pemerintah atau orang
               tua masing-masing (Bijblad no. 7123). Snouck sudah berupaya keras membimbing para
               pemuda Indonesia ini dengan keyakinan bahwa pemuda Indonesia yang mendapat bimbingan
               modern nantinya akan dapat memimpin negara mereka sendiri.

               Fungsi pengawas sejalan dengan arah Politik Etis, yang bertujuan untuk mengembangkan
               Hindia menuju pemerintahan sendiri. Dalam proses itu, seorang penasihat memenuhi peran

                                                                                                      115
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121