Page 200 - Negara Kolonial 1854-1942. Panduan penelitian arsip kementerian urusan tanah jajahan. Kepulauan nusantara
P. 200

38  Suikerpolitiek (Politik Gula)


               Berdasarkan Gouvernementsbesluit (Keputusan Pemerintah) tanggal 24 Desember 1906
               (Bijblad / Lembaran Tambahan no. 6584) diangkat suatu komisi yang harus memberi advis
               kepada pemerintah, para kepala departemen, dan para kepala pemerintah daerah tentang hal-
               hal menyangkut industri gula di Jawa. Para pejabat kepala harus melampirkan advis-advis dari
               komisi itu pada usulan mereka. Politik Etis, yang secara resmi dimulai dengan Pidato Raja
               pada tahun 1901, terarah ke penstimulasian kemakmuran pada masyarakat Indonesia. Dalam
               kaitan ini, industri gula adalah penting: maka Presiden dari Javasche Bank, N.P. van den
               Berg, menyatakan bahwa gula adalah sakaguru dari Jawa. Cabang perusahaan itu
               terorganisasi dengan baik. Hal ini menyebabkan Algemeen Syndicaat (A.S.) van
               Suikerfabrikanten (Sindikat Umum Pengusaha Pabrik Gula) dibebani dengan pekerjaan
               komisi. Sindikat itu, yang didirikan pada tahun 1894, mengurus segala kepentingan dari para
               anggotanya dalam arti yang sangat luas. Dengan begitu, organisasi itu ikut memegang peran
               penting dalam berdirinya Inspectie voor Agrarische Zaken (Inspeksi untuk Urusan Agraria)
                                49
               pada tahun 1903.  Inspeksi itu harus menjaga agar penerapan Grondhuur- en
               Fabriekenordonnanties (Ordonansi-ordonansi Penyewaan Tanah dan Pabrik) dijalankan
               dengan tegas dan tak berpihak. Masyarakat Indonesia masih bersifat feodal: hubungan-
               hubungan hukum adat mendominasi. Para pegawai pemerintah cenderung membela
               kepentingan masyarakat daripada kepentingan para pengusaha. Secara intern, A.S. berupaya
               meluaskan pengetahuan dan memperbaiki mutu. Untuk itu diadakan pertemuan-pertemuan
               dan sayembara. A.S. membina hubungan dekat dengan Proefstation voor de Java
               Suikerindustrie (Balai Penelitian untuk Industri Gula Jawa), yang didirikan dan dibiayai oleh
               para pengusaha pabrik gula. Balai  itu meneliti antara lain pelbagai jenis tebu, melakukan
               percobaan pemupukan dan pengukuran hujan, dan memberikan data gilingan. Hasil penelitian
               dan pembuatan peraturan yang relevan diterbitkan dalam Archief voor de Suikerindustrie
               (Arsip untuk Industri Gula), majalah sindikat yang resmi. Di Belanda sindikat itu diwakili
               oleh suatu komisi.

               Pada akhir Perang Dunia Pertama (1914-1918), produk ekspor menumpuk. Peperangan dan
               dampaknya terhadap kurangnya ruang di kapal menghambat pengangkutan. Juga impor beras
               yang sangat diperlukan hampir saja berhenti. Terjadi ancaman lumpuhnya kehidupan ekonomi
               dan bahaya kelaparan. Pada tahun 1917, 60% dari pengusaha pabrik bersatu dalam Java
               Suiker Vereeniging (Perhimpunan Gula Jawa), yang dibebani dengan tugas penjualan
               persediaan yang tak terjual. Pemerintah menganggap jalan keluar ini tidak cukup. Lagipula
               pemerintah Hindia memiliki pemikiran untuk meningkatkan produksi beras melalui
               pengecilan paksa dari areal gula. Pada saat pertemuan yang diadakan oleh Gubernur-Jenderal
               J.P. van Limburg Stirum (1916-1921) bagi sejumlah produsen gula, para bankir, dan
               pedagang, diambil keputusan mendirikan perserikatan dari semua pengusaha pabrik gula,
               yang bersama para pengekspor akan menjalankan perdagangan. Suatu komisi yang harus
               mematangkan satu dan yang lainnya. Penanganan ini gagal. Di tahun-tahun sebelumnya

               49
                 Lihat Bab 4 dalam buku panduan ini.
                                                                                                      199
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205