Page 4 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 4
untuk mendukung status quo dan memapankan kesenjangan
sosial.
Bertolak dari kegelisahan itulah, Darmaningtyas dalam buku
ini mengajak kita merefleksikan ulang kondisi dan paradigma
pendidikan kita. Benarkah ada yang salah dalam pendidikan
kita? Lalu apa saja yang mesti dilakukan untuk membenahi pen-
didikan itu?
Di sini secara jernih Darmaningtyas mengulas banyak hal
yang masih menjadi pertanyaan besar sekaligus "pekerjaan
rumah" dalam pendidikan nasional, dari soal anggaran, nasib
guru yang kian tak menentu, harapan dan pesimisme terhadap
reformasi pendidikan, hingga paradigma pendidikan yang mem-
bebaskan, bukan memperbudak. Persoalan-persoalan inilah yang
melilit dunia pendidikan kita sehingga terus-menerus mengalami
involusi. Pendidikan berjalan di tempat; tidak ada kemajuan
berarti kecuali perubahan-perubahan pragmatik yang tidak
memberi pengaruh signifikan. Pendidikan bahkan semakin kehi-
langan orientasinya sebagai jalan menuju pencerdasan bangsa.
Alih-alih mencerdaskan, pendidikan semakin membuat bangsa
ini bebal.
Pendidikan sungguh sebuah tugas mulia. Tetapi di dunia
yang semakin kapitalistik ini, pendidikan juga terkait dengan
kepentingan politik dan ekonomi. Kasus UU Sisdiknas yang sem-
pat heboh beberapa waktu lalu menjadi bukti bahwa pendidikan
tidak sepi dari tarikan kepentingan. Karena itu, Darmaningtyas
secara khusus menyoroti malpraktik pendidikan pada tingkat
kebijakan yang marak terutama setelah bergulirnya otonomi
daerah. Bentuk-bentuk malpraktik itu adalah korupsi yang kian
massif dari pusat dan daerah; ketidakpedulian para penguasa
terhadap nasib guru dan anak didik; maraknya pungutan liar,
dan lain sebagainya. Malpraktik ini masih diperparah lagi dengan
lambannya respons pemerintah terhadap reformasi birokrasi
dan manajemen pendidikan.