Page 15 - PENJAJAHAN BELANDA DI INDONESIA MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER MATAKULIAH:APLIKASI KOMPUTER NAMA : ALOYSIUS NONG ADE NIM :2019.III.1.0007
P. 15
Jepang, negara-negara sekutu di Asia Tenggara membentuk komando gabungan dengan nama
Abdacom (American, British, Dutch, Australian, Command). Markas besar Abdacom berada di
Lembang (Jawa Barat), sedangkan markas besar Angkatan Lautnya di Surabaya.
Dalam serangannya terhadap sekutu di Laut Cina Selatan, kapal Inggris Prince of Wales dan
Repulse berhasil ditenggelamkan oleh 50 pengebom berani mati Jepang. Akhirnya, setelah
peristiwa itu Abdacom berantakan. Komandan tertinggi, Sir Archibald Wavell, akhirnya terpaksa
meninggalkan Indonesia karena sudah tidak bisa dipertahankan lagi, sehingga menyingkir ke
India utuk mempertahanka India. Dalam serangannya ke Indonesia, tentara Jepang memperoleh
kemajuan yang sangat cepat (Sudirman, 2014:276)Sudirman (2014:277) menjelaskan faktor
utama menjadi penyebab runtuhnya Hindia Belanda adalah:
a. Perundingan yang gagal Sebelum serbuan Jepang pada bulan Februari 1940, Duta Besar
Jepang di Den Haag mengajukan sebuah tuntutan kepada pihak Belanda. Permintaan itu meliputi
perdagangan Jepang dan Hindia Belanda harus ditingkatkan. Selain itu, Jepang menghendaki
minyak mentak dan bauksit lebih banyak lagi. Sebab, Jepang belum membuat kesepakatan
dengan perusahan eksplorasi tambang sebelumnya, sehingga tuntutan Jepang lainnya ditolak.
Namun, Jepang tidak menyerah. Perundingan itu berlangsung selama berbulan-bulan.
b. Perang Hindia Belanda dan Jepang Sasaran utama serbuan Jepang di Hindia Belanda adalah
pengeboran minyak di Tarakan, Balikpapan, dan Palembang. Gerakan maju itu dimungkinkan
setelah pertahanan Hindia Belanda di utara Pulau Sulawesi berhasil dilumpuhkan pada tanggal
26 Desember 1941. Kehancuran instansi pengeboran minyak di Tarakan menjadi masalah besar
bagi Jepang. Untuk memastikan agar tindakan itu tidak terjadi, dua orang perwira Belanda
dikirim ke Balikpapan dengan pesan peringatan bahwa seluruh prajurit dan kalangan sipil akan
dibunuh jika Jepang tidak memperoleh instansi pertambangan di kota itu dalam keadaan utuh.
Sasaran selanjutnya adalah Palembang, sumber minyak mentah yang menghasilkan setengah
produksi seluruh Hindia Belanda. Jepang berusaha mencegah sabotase dengan cara melancarkan
serangn mendadak pasukan komando.