Page 68 - E-Modul Neraca Massa dan Energi II
P. 68
NERACA MASSA DAN
ENERGI II
H = fraksi berat hidrogen total, termasuk tersedia hidrogen, hidrogen dalam uap air,
dan hidrogen dalam air gabungan
Ketika nilai kalor batubara ditentukan oleh pembakarannya dalam
kalorimeter, belerang dioksidasi untuk membentuk asam sulfat. Biasanya belerang
dalam batubara terbakar untuk membentuk belerang dioksida saja, sehingga
pengurangan dengan nilai kalorimetrik harus dibuat untuk panas yang berkembang
dalam pembentukan asam sulfat dari sulfur dioksida dan air.
Banyak upaya telah dilakukan untuk mengembangkan metode
penghitungan nilai kalor batubara dari analisis proksimatnya. Tak satu pun dari
metode ini cukup andal untuk membenarkan penggunaannya kecuali sebagai
perkiraan.
Perkiraan yang adil untuk nilai kalor batubara dapat diperoleh dengan
mempertimbangkan bahwa setiap konstituen yang mudah terbakar, karbon,
hidrogen yang tersedia, dan belerang, hadir dalam keadaan dasar. Pada dasar dari
asumsi ini nilai kalor adalah jumlah jumlah panas yang dihasilkan dalam
pembakaran masing-masing elemen ini, dengan menggunakan untuk karbon nilai
kalor karbon amorf dan untuk belerang nilai kalor FeS2. Panas pembakaran masing-
masing, dalam Btu per pon, dapat dihitung dari data Tabel 29. Diasumsikan bahwa
belerang dan besi dalam FeS2 dibakar menjadi SO2 dan Fe2O3 .
Elemen Nilai kalor, Btu per lb
Karbon 14490
Hydrogen (total) 61000
Hydrogen (net) 51610
Sulfur (as FeS2) 5550
dimana H.V. = nilai kalor, Btu per pon
C, Hc, S = fraksi berat karbon, hidrogen yang tersedia, dan belerang,
masing-masing.
Persamaan 2 dikenal sebagai rumus Dulong. Hal ini tidak secara teoritis
bunyi karena mengabaikan kalor pembentukan senyawa karbon, belerang, dan
hidrogen yang ada di dalam batubara. Namun, seperti yang ditunjukkan
sebelumnya, panas pembentukan karbon dioksida kecil dibandingkan dengan panas
68 | P a g e