Page 12 - Suplemen Bahan Ajar Materi Gelombang Bunyi pada Alat Musik Tradisional Angklung_Neat
P. 12
ANGKLUNG DARI LOKAL MENUJU GLOBAL
Angklung berkaitan erat dengan adat istiadat, seni dan identitas budaya di Indonesia
Apabila ditarik lebih jauh, pada awalnya kemunculan angklung masih belum memiliki
tangga nada. Angklung yang digunakan pada ritual pertanian hanya sekadar berupa
tatabuhan rangkaian bambu. Angklung tradisional mulai memiliki tangga nada, mulai dari
angklung buhun (tua) yang berlaraskan tritonik (tiga nada) menjadi tetratonik (empat
nada) dan pentatonik (lima nada) yang belum terpengaruh unsur eksternal.Tangga nada
pentatonik memiliki lima nada primer. Kemudian, angklung mengalami transformasi nada
dari pentatonik ke diatonik. Transformasi nada angklung ini dipelopori oleh Pa Daeng
Soetigna, sehingga dinamakan angklung Padaeng.[4]
Gambar 6. Angklung mendunia
Tahukan kamu?
Angklung Indonesia atau angklung Padaeng pernah dimainkan oleh Presiden RI ke-1,
Soekarno dan Presiden Rumania Gheorghe Gheorghiu beserta tamu asing pada tahun
1962 pada konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka Bandung.
Selain itu angklung juga pernah dimainkan di beberapa event internasional lainnya, yakni:
Grup kesenian Angklung Daeng dipercaya menampilkan pertunjukan angklung
untuk menghibur partisipan dalam Perundingan Linggar Jati pada 1946.
Angklung Indonesia yang dibawakan oleh Soetigna juga tampil di Acara World
Fair New York Amerika Serikat pada tahun 1964 [6]
Kesenian angklung semakin berkembang terlebih lagi setelah di masukan dalam lembaga
pendidikan dan mendapatan pengakuan oleh United Nations Education, Scientific,
Cultural Organization (UNESCO) sebagai The Representative List of the Intangible
Cultural Heritage of Humanity, yakni Daftar Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan
milik Indonesia yang dideklarasikan pada tahun 2010.
12