Page 6 - Sejarah Peradaban Maritim_eBook
P. 6
saMBUtaN
DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikan penulisan buku sejarah peradaban
Indonesia. Kami menyambut gembira dengan penerbitan buku sejarah peradaban maritim. Buku
dengan judul “Peranan Sungai Dalam Sejarah Peradaban Maritim di Jambi dan Riau”, cukup menarik
karena dari sisi historis kedua daerah ini mempunyai akar sejarah maritim yang kuat terutama pada
era Kerajaan Sriwijaya yang berkembang pada abad ke-7 M. Kekuatan Maritim masyarakat Riau dan
Jambi tetap kuat ketika memasuki periode kerajaan-kerajaan Islam di Negeri Melayu. Bahkan ketika
hegemoni bangsa-bangsa Eropa memasuki kepulauan nusantara, kekuatan maritim di perairan Selat
Malaka khususnya wilayah geopolitik Jambi dan Riau tetap kuat hingga awal abad ke-20 M. Salah satu
kunci kekuatan masyarakat maritim kedua wilayah tersebut sebenarnya tidak berpusat di perairan
pesisir, namun justru pusat-pusat peradaban maritimnya berada di daerah tepian aliran sungai dan
relatif jauh dari wilayah pesisir.
Buku ini memberi gambaran bahwasannya jalur sungai ternyata menjadi jantung perkembangan
peradaban maritim. Salah satu diantaranya di daerah Jambi dan Riau, khususnya di daerah aliran
Sungai Batanghari di Jambi dan Sungai Kampar dan Siak di daratan Riau. Di tepian sungai inilah jejak
peradaban maritim dapat dijumpai hingga sekarang, baik bangunan monumental, seperti Kawasan
Percandian Muara Jambi di Jambi dan Kawasan Percandian Muara Takus di Riau, maupun keberadaan
pusat-pusat permukiman dan perdagangan, bahkan istana kesultanan masa Islam.
Mengangkat tema maritim dengan tidak melupakan keberadaan sungai menjadi sangat
penting. Maritim yang secara umum dimaknai tentang kelautan beserta aktivitasnya, namun dalam
kenyataannya tidak demikian. Justru untuk wilayah pulau-pulau besar seperti Kalimantan dan
Sumatera, kemaritiman tumbuh dan berkembang di sepanjang aliran sungai yang menghubungkan
daerah ulu (hinterland) dengan ilir (pesisir, coastal area). Kemaritiman Indonesia, pada kenyataannya
tidak hanya laut dan kehidupan pantainya, namun juga kehidupan masyarakat dan budayanya di
aliran sungai-sungai yang telah berabad-abad menjadi ruang hunian dan membentuk karakter dan
budaya Indonesia.
Akhirnya selamat membaca dan semoga buku ini dapat memberi sumbangan historiografi
dalam dinamika perjalanan sejarah bangsa Indonesia, serta bermanfaat dalam memperkuat identitas
bangsa dan Negara kita sebagai bangsa maritim.
Jakarta,
Direktur Jenderal Kebudayaan
Hilmar Farid
5