Page 172 - TOKSOPLASMOSIS-pada-Hewan
P. 172
dan kotamadya Yogyakarta. Berbagai permasalahan di bidang
kesehatan hewan dihadapi oleh propinsi ini, mulai dari penyakit
infeksi seperti penyakit bakterial, viral, parasiter dan jamur hingga
non infeksi. Seperti diketahui, pada hewan, toksoplasmosis banyak
menimbulkan kerugian ekonomi. Dalam hal ini, hewan memegang
peranan yang sangat penting sebagai salah satu bentuk penularan.
Seperti diketahui, manusia dapat tertular toksoplasma dengan cara
menelan oosista toksoplasma bersama makanan, makan daging
yang kurang matang secara langsung yang mengandung bradizoit
atau salah satu bentuk dalam daur hidup toksoplasma, melalui luka
terbuka yang kemasukan oosista atau bermain-main dengan hewan
kesayangan, seperti kucing, anjing dan burung. Selain itu, masih
banyak lagi modus penularan yang lain yang berpotensi sebagai
gerbang masuknya infeksi toksoplasmosis pada manusia dan hewan,
sehingga prevalensi toksoplasmosis diduga meningkat dari tahun ke
tahun. Penelitian prevalensi yang pernah dilakukan di Yogyakarta
pada domba dan babi dinyatakan terinfeksi 36% dan 50% (Sri
Hartatik, 1993). Hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian
lagi mengenai prevalensi pada hewan ternak.
Dalam pelaksanaan pengambilan sampel dari ternak domba
dan kambing, terdapat kendala yang dijumpai di lapangan. Hal ini
terutama berkaitan dengan kurangnya informasi pada masyarakat
mengenai penyakit toksoplasmosis. Sehingga banyak peternak yang
enggan untuk diambil sampel darahnya dan dilakukan pemeriksaan
skin test. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahan yang disuntikan
ke dalam tubuh ternak tersebut adalah komponen dari Toksoplasma.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, telah dilakukan pendekatan
melalui kegiatan penyuluhan pada kelompok tani ternak mengenai
kesehatan hewan secara umum dan penyakit toksoplasmosis secara
khusus bagi ibu-ibu.
Toksoplasmosis pada Hewan 163