Page 25 - BUKU SAKU AKREDITASI 2023
P. 25
3. Pasien disabilitas
4. Pasien gangguan jiwa
5. Pasien tidak sadar/koma
6. Pasien korban kesewenangan atau kekerasan (Risiko
Penyiksaan, Napi, Korban dan Tersangka Tindak Pidana,
Korban Perlindungan Dalam Rumah Tangga)
7. Pasien dengan Risiko bunuh diri
Upaya perlindungan fisik pasien juga berlaku untuk
kelompok berisiko, dengan cara sebagai berikut :
1. Tata cara identifikasi kelompok berisiko.
a. Semua pasien rawat inap yang masuk kriteria
kelompok berisiko di tempel stiker “tanda seru (!)”
dicover rekam medis oleh petugas rawat inap.
b. Kelompok berisiko di tempatkan di area yang
mudah di monitor.
c. Petugas yang mengidentifikasi dan menemukan
kelompok berisiko kemudian melaporkan nama-
namanya kepada Pamdal.
2. Peran Pamdal dalam kelompok berisiko.
a. Pamdal menerima laporan dari petugas rawat inap
nama-nama kelompok berisiko.
b. Pamdal melakukan monitoring secara berkala
selama 2 jam sekali nostop untuk memastikan
kelompok berisko aman dari ancaman pihak luar.
3. Peran perawat/bidan.
a. Perawat atau bidan selalu mengupdate jumlah
kelompok berisiko setiap shift jaga kemudian
mencatatnya dalam buku register.
b. Perawat atau bidan berkoordinasi dengan pihak
Pamdal untuk monitoring kelompok berisiko.
c. Perawat atau bidan melakukan serah terima nama-
nama kelompok berisiko setiap pergantian shift.
*Lihat SPO untuk tata laksana lebih lanjut
10 Bagaimana prosedur 1. Petugas rumah sakit memberikan edukasi ke pasien atau
pulang atas keluarga terkait risiko yang terjadi karena perawatan yang
permintaan sendiri belum selesai, alternatif pengobatan, dan pembiayaan
(APS)? pengobatan selanjutnya (khusus pasien BPJS Kesehatan).
2. Apabila setelah edukasi pasien atau keluarga pasien tetap
ingin pulang atas permintaan sendiri maka pasien atau
keluarga pasien menandatangani di lembar APS pada
rekam medis.
3. Petugas melaporkan kepada DPJP atas maksud dan tujuan