Page 28 - lks bu nanik_merged
P. 28

3.  Pemrosesan  emulsi,  dapat  menghasilkan  cetakan  dengan  hasil  redup  (mat),  setengah  redup
                          (semimat),  dan  cetakan  gilap  (glossy).  Cetakan  glossy  menghasilkan  rona  yang  cenderung
                          terang, sebaliknya cetakan redup menghasilkan rona yang cenderung gelap.
                       4.  Cuaca, kondisi cuaca di atmosfer dapat menyebabkan citra terlihat memiliki rona yang terang
                          ataü gelap. Jika kondisi cuaca di atmosfer sangat lembap dan berkabut akan menyebabkan rona
                          pada citra cenderung gelap.
                       5.  Letak  objek  dan  waktu  pemotretan,  letak  objek  berkaitan  dengan  lintang  dan  bujur.  Letak
                          lintang  menentukan  besarnya  sudut  datang  sinar  matahari.  Waktu  pemotretan  juga
                          memengaruhi sudut datang sinar matahari. Waktu pemotretan pada siang hari cenderung akan
                          menghasilkan  rona  yang  lebih  terang  dibandingkan  dengan  pemotretan  pada  sore  atau  pagi
                          hari.
                   b.  Tekstur, adalah frekuensi perubahan rona pada Citra. Biasanya dinyatakan dengan kasar, sedang,
                       dan halus, misalnya hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, dan semak bertekstur halus.
                   c.  Bentuk, merupakan gambar yang mudah dikenali. Objek yang sejenis di muka bumi memiliki bentuk
                       yang sejenis pada Citra. Sebagai contoh, gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf l, L, U,
                       atau persegi panjang, sedangkan gunung api berbentuk kerucut.
                   d.  Ukuran, adalah ciri objek berupa jarak, luas, tinggi lereng, dan volume. Ukuran objek pada Citra
                       berupa  skala,  contohnya  lapangan  olahraga  sepak  bola  yang  dicirikan  oleh  bentuk  segi  empat
                       dengan ukuran yang tetap.
                   e.  Pola atau susunan keruangan, merupakan ciri yang menandai objek yang sebagian besar bentukan
                       manusia  dan  beberapa  objek  alamiah,  contohnya  pola  aliran  sungai  yang  menandai  struktur
                       geologi. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenal dengan pola
                       yang  teratur  yaitu  ukuran  rumah  yang  jaraknya  seragam  dan  selalu  menghadap  ke  jalan.  Kebun
                       karet, kebun kelapa, dan kebun kopi mudah dibedakan dengan hutan atau vegetasi lainnya dengan
                       polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
                   f.  Situs, merupakan letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya, contohnya permukiman pada
                       umumnya  memanjang  di  pinggir  pantai,  tanggul  alam,  atau  di  sepanjang  tepi  jalan.  Persawahan
                       banyak terdapat di daerah dataran rendah.
                   g.  Bayangan,  bayangan  yang  terbentuk  pada  suatu  objek  sangat  dipengaruhi  oleh  arah  datangnya
                       sinar matahari. Jika pemotretan dilakukan pada pagi hari, bayangan objek ada di sebelah barat. Jika
                       pemotretan  dilakukan  pada  siang  hari,  bayangan  objek  tidak  tampak.  Adapun  jika  pemotretan
                       dilakukan pada sore hari, bayangan objek ada di sebelah timur. Arah bayangan ini dapat digunakan
                       untuk menentukan arah orientasi foto udara. Bayangan juga dapat menjadi kunci pengenalan yang
                       penting  dari  beberapa  objek  yang  justru  dengan  adanya  bayangan  menjadi  lebih  jelas.  Sebagai
                       contoh, cerobong asap dan menara tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga lereng
                       yang terjal juga tampak jelas dengan adanya bayangan.
                   h.  Asosiasi, merupakan keterkaitan antara objek yang satu dan objek yang lain. Tampilan suatu objek
                       pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya objek yang lain karena adanya asosiasi, misalnya
                       perkampungan biasanya dekat dengan jalan dan lahan pe- karangan yang ditumbuhi tanaman.
                   Dalam  mengenali  objek  pada  foto  udara  atau  pada  citra  lainnya,  dianjurkan  untuk  tidak  hanya
                   menggunakan  satu  unsur  interpretasi  Citra.  Semakin  ditambah  jumlah  unsur  interpretasi  citra  yang
                   digunakan, semakin menciut lingkupnya ke arah titik simpul tertentu. Pengenalan objek dengan cara ini
                   disebut  konvergensi  bukti  (cerverging  evidence/convergence  of  evidence).  Konvergensi  bukti  ialah
                   penggunaan  beberapa  unsur  interpretasi  citra  sehingga  lingkupnya  menjadi  semakin  menyempit  ke
                   arah satu kesimpulan tertentu.
               6.  Pola serta Ciri Ketampakan Alam dan Budaya dari Hasil Interpretasi Citra
                   a.  Ketampakan Alam
                       1)  Sungai. Memiliki tekstur permukaan air yang seragam dengan rona yang gelap jika airnya jernih
                          atau cerah jika keruh. Arah aliran sungai ditandai oleh bentuk sungai yang lebar pada bagian
                          muara,  pertemuan  sungai  memiliki  sudut  lancip  sesuai  dengan  arah  aliran,  perpindahan
                          meander  ke  arah  samping  dan  ke  arah  bawah  (muara),  ketinggian  semakin  rendah  ke  arah
                          muara, serta gosong sungai meruncing ke arah hulu dan melebar ke aråh muara.




                       GEOGRAFI KELAS X
                                                                                                             27
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33