Page 233 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 233

3.16.  Rahmah el-Yunusiah:
                        Pejuang Pertama bagi Pendidikan Kaum Wanita

                       Jika  Ki  Hajar  Dewantara  dan  Mohammad  Syafei  bergerak
                dalam lokus pendidikan nasional, Rahmah el-Yunusiah lebih terekam
                sebagai  tokoh  yang  bergerak  dalam  penguatan  pendidikan  Islam,
                terkhusus bagi kelompok perempuan di Indonesia.
                       Dalam  arus  perkembangan  sejarah  Indonesia,  kemunculan
                tokoh  Rahmah  el-Yunusiah  tidak  bisa  dilihat  terpisah  dari  gerakan
                pembaharuan  Islam  yang  secara  intensif  berlangsung  di  Indonesia
                pada awal abad ke-20. Sebagaimana dibahas secara singkat di atas,
                kebijakan politik etis kolonial pada awal abad ke-20 telah melahirkan
                masyarakat Muslim baru, berbasis di wilayah perkotaan, yang sangat
                akrab  dengan  pranata  sosial-budaya  dan  pemikiran  modern.  Corak
                masyarakat  Muslim  inilah  yang  kemudian  tampil  menjadi  aktor
                utama dalam gerakan pembaharuan Islam. Di samping seruan untuk
                kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah, mereka pada saat yang sama
                juga mendirikan lembaga-lembaga sosial-keagamaan dan pendidikan
                yang  mengadopsi  unsur-unsur  modern.  Seruan  kagamaan  tersebut
                memang dikemukakan dalam rangka menjadikan Islam  terintegrasi
                ke  dalam  kehidupan  modern,  yang  mengemban  cita-cita  kemajuan
                bagi pemeluknya.
                       Ada    beberapa  faktor     pendorong  timbulnya       ide-ide
                pembaharuan tersebut: Pertama, adanya kecenderungan umat Islam
                untuk  kembali  kepada  AI-Quran  dan  AI-Hadits.  Kecenderungan  itu
                dijadikan titik tolak dalam menilai kebiasaan agama dan kebudayaan
                yang ada. Ide pokok dari keinginan kembali kepada AI-Quran dan AI-
                Hadits ini dalam rangka menolak taklid. Kedua, timbulnya dorongan
                perlawanan  nasional  terhadap  penguasa  kolonial  Belanda.  Ketiga,
                usaha  yang  kuat  dari  orang-orang  Islam  untuk  memperkuat
                organisasinya  di  bidang  sosial  ekonomi,  baik  untuk  kepentingan
                mereka  sendiri  maupun  untuk  kepentingan  masyarakat.  Keempat,
                dorongan berikutnya berasal dari pembaharuan pendidikan Islam.
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238