Page 71 - E-module Berbasis Problem Based Learning Materi Keanekaragaman Hayati dan Protista
P. 71
Protozoa dikategorikan sebagai protista mirip hewan karena protozoa memiliki sifat yang dimiliki hewan,
yaitu dapat bergerak dan heterotrof (tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri). Protozoa hidup diberbagai
tempat yaitu diperairan, tanah yang lembab, atau didalam organisme lain (parasit). Protozoa mendapatkan makanan
dengan cara mengabsorpsi molekul organik yang terjadi secara intrasel. Protozoa melalukan perkembangbiakan
secara seksual dan aseksual. Secara seksual dilakukan dengan cara kongjugasi, sedangkan aseksual dengan cara
pembentukan tunas dan pembelahan biner. Protista mirip hewan (protozoa) berdasarkan alat geraknya
dikelompokkan menjadi 4 filum yaitu ciliata (menggunakan silia atau rambut getar untuk bergerak dan mencari
makanan), sarcodina (menggunakan pseudopodia untuk makan dan pergerakan), sporozoa (berkembangbiak melalui
spora) dan flagellata (menggunakan flagela untuk bergerak).
Pada kegiatan belajar 1 ini Anda akan mempelajari protista mirip hewan (protozoa). Kegiatan belajar 1 ini
menuntun Anda untuk melakuka pembelajaran dengan model problem– based learning. Anda akan diberikan
masalah dapat berupa fenomena, kasus, dan data penelitian yang berhubungan dengan protista mirip hewan
(protozoa). Anda diminta untuk conneting with the problem, setting up the structure, visiting and revisiting the
problem, producing a product or performance, and evaluating permormance and the problem. Ikutilah sintaks
model pembelajaran problem- based learning pada lembar kerja siswa (LKS) 1 di bawah ini!
Connecting with the Problem
1. Siswa membaca dan menganalisis dapat berupa fenomena, kasus, dan data penelitian yang diberikan pada
bagian di bawah ini!
2. Carilah kata kunci permasalahan sehingga memudahkan untuk menemukan solusi yang hendak di cari
secara individu!
Trypanosoma brucei merupakan parasit yang ditemukan pada manusia dan hewan. Parasit ini
menyebabkan penyakit pada hewan vertebrata termasuk manusia yang ditularkan melalui vektor, yaitu
spesies lalat tsetse di sub-Sahara Afrika. Pada manusia, T. brucei menyebabkan trypanosomiasis
Afrika atau penyakit tidur. Pada hewan, T. brucei menyebabkan trypanosomiasis hewan T.
brucei ditemukan pada tahun 1894 oleh Sir David Bruce kemudian nama ilmiahnya diberikan pada tahun
1899 . T. brucei dapat dikelompokkan menjadi tiga subspesies, yaitu T. brucei, T. gambiense dan T.
rhodesiense. Subspesies T. brucei merupakan parasit bagi vertebrata non-manusia, sedangkan
49