Page 2 - SKH Palangka Post Edisi 19 September 2019
P. 2
OPINI
KAMIS, 19 SEPTEMBER 2019 02
Prinsip Kebebasan Beragama
atau Berkeyakinan
Penulis: Otto Gusti (Dosen Filsafat Politik dan HAM di STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT)
PERSOALAN seputar kebebasan beragama atau sial politik masyarakat Eropa
berkeyakinan sudah ada sejak awal sejarah per- berabad-abad sebelumnya.
Konsep kebebasan beraga-
adaban umat manusia. Kita ingat kisah dalam kitab ma bukan produk dari agama
suci Perjanjian Lama tentang pembunuhan Abel itu sendiri, melainkan sebuah
oleh saudaranya, Kain. Keduanya berdebat soal produk politik atau negara yang
mendefinisikan dirinya secara
persembahan yang paling pantas di hadapan Tu- sekular (Bdk Ernst-Wolfgang
han atau dalam konteks kontemporer tentang aga- Boeckenfoerde, 1990). Dalam
negara sekular agama tidak
ma mana yang paling benar dan mana yang sesat. lagi dipandang sebagai sumber
legitimasi hukum negara dan
Persoalan serupa tetap aktual diperparah lagi lewat fenomena negara juga dibebaskan dari
sampai sekarang. Di Indonesia menguatnya populisme kanan kewajiban untuk menjawab
kasus-kasus seputar ajaran dalam perkembangan demokra- pertanyaan-pertanyaan teologis
sesat, penodaan agama, ajaran si di Indonesia selama empat tentang agama yang benar atau
agama yang paling murni, pela- tahun terakhir. Hal itu ter- yang sesat. Tugas negara atau
rangan pembangunan rumah ungkap jelas lewat gerakan pen- politik ialah menata kehidupan
ibadat telah membatasi kebe- garusutamaan moralitas agama warga negara yang berasal dari
basan warga dalam memeluk konservatif dalam diskursus dan latar belakang agama, ideologi,
agama atau keyakinan. praktik politik (Vedi R Hadiz, dan etnik yang berbeda-beda.
2017). Dominasi tafsiran agama Negara bersikap netral ter-
Kondisi di Indonesia yang konservatif ini tentu saja hadap persoalan-persoan relig-
Badan Pusat Statistik (BPS) berdampak pada pengabaian ius dan agama menjadi urusan
meluncurkan Indeks Demokrasi hak-hak privat warga negara privat setiap citizen.
Indonesia (IDI) 2018 pada 29 Juli (hak-hak liberal) dari kelas so- Pemahaman modern tentang
2019 dengan nilai 72,39 poin. sial yang paling rentan, seperti kebebasan beragama berpijak
Artinya, terjadi kenaikan 0,28 kelompok LGBT atau menguat- pada pengertian bahwa tatanan
poin jika dibandingkan dengan nya tendensi iliberalisme dalam ILUSTRASI moral religius berkaitan dengan
indeks demokrasi pada 2017, demokrasi di Indonesia. manusia dan relasinya dengan
yakni 72,11 (Media Indonesia Prinsip kebebasan beragama basan beragama atau berkeya- atau berkeyakinan karena pan- pilihan lain. Iman kristiani ialah konvensi tersebut kemudian Tuhan. Sementara itu, politik
(30/7). Akan tetapi, jika ditelu- atau berkeyakinan memberikan kinan mengandung arti bahwa dangan tersebut dianggap se- wahyu benar satu-satunya dan berakhir untuk sementara waktu atau hukum menata hidup
suri lebih jauh kenaikan indeks jaminan perlindungan bagi setiap orang berhak memilih bagai ajaran sesat atau heresi final tentang Allah, sedangkan pada 1648 yang ditandai dengan bersama manusia dan relas-
demokrasi tersebut belum men- semua manusia untuk memeluk agama atau keyakinan, menjadi oleh Gereja. Prinsip yang ber- gereja ialah jalan satu-satunya Perjanjian Perdamaian Westfi lia. inya dengan kekuasaan negara.
jadi alasan cukup untuk ber- agama atau keyakinan tertentu. anggota komunitas religius laku pada masa itu ialah cuius menuju keselamatan. Di luar Peperangan antaragama yang Hukum ialah jaminan perda-
sikap optimis tentang kualitas Sebagai hak asasi manusia, tersebut atau mendirikan se- regio, eius religio atau dapat gereja tak ada keselamatan. menghancurkan hampir selu- maian sosial dan kebebasan
demokrasi di Indonesia. kebebasan beragama atau ber- buah komunitas baru dan men- diartikan dengan ‘agama raja Monopoli gereja atas kebena- ruh Eropa memaksa para pe- dan karena itu menciptakan
Itu karena kenaikan tersebut keyakinan dapat dipandang jalankan ibadah serta pelajaran ialah juga agama rakyat yang ran telah menjadikan Eropa mikir politik untuk menjawab prasyarat bagi setiap individu
hanya disumbangkan perbaikan sebagai hak negatif dan positif agama baik secara publik mau- dikuasainya’. Doktrin ini juga sebagai arena pertarungan ber- pertanyaan dasar: Bagaimana untuk menghayati keyakinan
aspek lembaga demokrasi. Se- sekaligus. Sebagai hak negatif, pun di ruang privat. Hak positif menjadi pegangan bagi gereja lumuran darah untuk mem- harus menciptakan sintesis pribadinya, termasuk kebena-
mentara itu, dua aspek lainnya, kebebasan beragama atau ber- juga berarti seseorang boleh pada masa itu yang diperteguh perjuangkan kebebasan be- antara atau mempertemukan ran religius. Hukum memasti-
yakni kebebasan politik dan keyakinan berarti seseorang memilih untuk tidak beragama. keyakinan bahwa raja ialah ragama dan berkeyakinan. Di konsep kebenaran religius dan kan warga negara menyembah
hak sipil yang mencakupi ke- tidak pernah boleh dipaksa neg- Lahirnya konsep kebebasan titisan dewa atau utusan Allah. balik konfl ik berdarah tersebut kebebasan politik? Pengalaman Allah-nya dan beribadat menu-
bebasan beragama dan berkeya- ara atau pihak mana pun untuk beragama atau berkeyakinan Basis argumentasinya ialah tersembunyi motivasi untuk penderitaan ini telah melahir- rut keyakinan masing-masing
kinan mengalami penurunan menjalankan praktik keyakinan berkaitan erat dengan peper- mengakui konsep kebebasan mempertahankan homogenitas kan pandangan tentang pent- serta melindungi hak-hak dasar
masing-masing 0,29 dan 0,84. atau agama tertentu, bergabung angan antarkonvensi yang be- beragama atau berkeyakinan religius masyarakat dan men- ingnya kebebasan berpendapat tersebut dari intervensi instansi
Data ini menunjukkan bahwa dalam komunitas agama ter- berapa kali melanda Eropa sama artinya mengakui bahwa jaga hubungan yang erat antara dan kebebasan beragama atau luar, termasuk dari negara.
kewajiban negara untuk menja- tentu, berpindah agama, atau dalam kurun waktu hampir kekeliruan berhak untuk ada agama dan politik. Persoalan toleransi beragama dalam Namun, proteksi tersebut akan
min kebebasan beragama atau dipaksa tinggal dalam sebuah 500 tahun (Bdk Hans-Georg atau hidup. Sementara itu, ke- seputar paksaan untuk pindah menata kehidupan politik yang berakhir ketika tatanan hidup
berkeyakinan warga negara agama dengan cara melawan Ziebertz, 2015). Kekristenan di benaran itu hanya mungkin satu agama, penodaan agama, ajaran damai. Hal ini mengakhiri abso- bersama yang damai dalam
masih jauh panggang dari api. kehendak bebasnya. Barat pada masa itu menolak dan jalan satu-satunya menuju sesat mewarnai sejarah Eropa. lutisme dan feodalisme absolut sebuah negara berada dalam
Ancaman atas kebebasan ini Sebagai hak positif, kebe- konsep kebebasan beragama keselamatan. Tak mungkin ada Peperangan dan konfl ik antar- yang menandai kehidupan so- kondisi bahaya.
Deradikalisasi Agama Lewat Tawa
Penulis: Asep Salahudin (Wakil rektor IAILM Suryalaya Tasikmalaya)
TERTAWA ialah ekspresi ke- wibawanya termasuk dalam hal dan mereka yang tak sehaluan apalagi membunuh mereka yang tanpa harus tegang. Humor bisa hasakan secara ilmiah oleh kaum “Rakyat saya akan senang kalau
bahagiaan. Agama fungsi pro- ini ialah tawa. dianggap musuh yang harus sele- tak sehaluan pemahaman dan menjadi ventilasi yang memung- akamedis yang sering tampil sok saya tebar uang dari udara.”
fetiknya tidak lain mewujudkan kasnya dilenyapkan. ISIS adalah keyakinan, melainkan kalimat kinkan kita dengan jujur bisa ilmiah dan tidak juga mampu Dengan spontan dijawab, “Lebih
umat yang berbahagia tidak han- Akar radikalisme contoh konkrit bagaimana atas takbir itu sejatinya mendesak- menertawaan lingkungan dan disuarakan kawanan politisi senang lagi kalau uang itu dite-
ya lahir tetapi juga batin. Di titik Radikalisme sesungguhnya be- nama nafsu menerapkan khilafah kan keinsafan tentang kedaifan lebih jauh lagi menertawakan yang kenyataannya kerap me- mani Bapak dan Ibu dari udara!”
ini seharusnya agama dan tawa rakar dari cara pandang terhadap kemudian memaknai konsep kita di hadapan Tuhan. Bahwa diri sendiri dengan segenap nyuarakan keresahan khalayak Di zaman Orde Baru saya
berjalan seiring, saling meleng- agama yang tertutup seperti ini. jihad secara serampangan yang manusia tak lebih hanya setetes kekurangan dan ambiguitas- itu untuk kepentingan partisan. kira kita tidak bisa melepaskan
kapi dan mengisi. Minimal lewat Norma dianggap dogma yang akibatnya ratusan ribu nyawa dari lautan ilmu dan kuasa-Nya. nya. Humor menjadi rongga Ketika Soeharto sangat berkua- sosok Gus Dur yang tak pernah
panggilan azan Tuhan menyeru tak boleh dipertanyakan ulang. mati, peradaban luluh lantak, Setiap Nabi membawa kitab antara (in-between space) agar sa ada banyak buku yang mener- henti menembakkan senjatanya
kita agar merayakan hidup den- Pancasila yang semula dinamis anak-anak kehilangan masa suci yang isinya ialah kabar kehidupan tak jatuh pada kutub tawakan kekuasaan itu dengan kepada penguasa lewat senarai
gan penuh kegembiraan (hayya di tangan sebuah rezim otoriter depan, dan malah tidak sedikit gembira (basyirah). Saya tak ekstrem, bahwa sikap pendakuan humor yang jernih. Prisma no- humor-humornya yang jernih.
‘alal falah). Charlie Chaplin juga seperti masa Orde Baru, men- warga negara Indonesia yang bisa membayangkan bagaimana pada kebenaran sepenuhnya tak mor 1 (Januari 1996) mengang- Saya kira kecakapan humor juga
yang bilang, “Hidup tanpa tawa jadi ideologi tertutup dan hanya terpikat fantasi politik dungu seorang Musa, Isa atau Muham- pernah solid selalu ada celah kat tema, ‘Kartun dan Panplet yang menjadi modal kultural
ialah sia-sia”. menyediakan ruang penafsiran seperti itu harus terdampar se- mad menyampaikan kabar gem- orang kemudian memanfaatkan- Politik’ merekam jejak perlawa- seorang Gus Dur dapat meraih
Pada akhirnya manusia bukan tunggal yang dilakukan negara bagai pengungsi terlunta-lunta bira sementara dirinya sendiri nya untuk banyak kepentingan. nan lewat humor itu. Dananjaya tahta tertinggi sebagai Pres-
hanya homo religiosus yang lewat BP-7. Di luar itu diang- di tempat jauh dan nasibnya tak tidak pernah tertawa. Kabar gem- Humor menjadi instrumen merekam masa reformasi yang iden Keempat. Katanya, pernah
hidup habis untuk bekerja (homo gap liar dan bidah. Warga (dan karuan. bira hanya bisa disampaikan oleh untuk mencurigai bahwa se- juga tak kalah lucunya, ‘Humor seorang pejabat berpidato saat
faber), serius berpikir (homo sa- umat) wajib dicuci otaknya lewat Bagi saya islamisme dan setiap pribadi-pribadi yang telah selesai tiap kekuasaan dan penguasaan & Rumor Politik Masa Refor- kampanye Golkar, “Saudara-
piens) dan menafsir (homo sim- cara indoktrinasi dan hanya kecenderungan pemahaman dengan dirinya, menghayati baik dalam bidang keagamaan, masi’ (1999) atau dua kitab lain- saudara siapa yang membangun
bolicum), melainkan juga satu menerima penafsiran yang sudah agama (agama apa pun) selalu hidup dengan riang, mencintai politik, sosial dan budaya selalu nya yang mendokumentasikan jalan dan jembatan?” “Golkaaar,”
hal yang tak boleh dilucuti seb- mereka kodifi kasi. bergerak dengan pola seperti manusia tanpa melihat asal-usul potensial disalahgunakan. Lewat humor di negara lain, semisal jawab massa. “Siapa yang mem-
agai khitah manusia adalah di- Puritanisme sering kali ber- itu. Dalam titik tertentu perda identitasnya bahkan tidak marah lelucon segenap ironi inkon- ‘Mati Ketawa Cara Rusia’ (1986) bangun sekolah dan pasar?” tan-
mensi kejenakaan yang melekat mula dari keinginan melakukan syariah dan semangat menerap- ketika dihardik musuhnya, sistensi dan kemunafikan itu atau Tri Agus S Siswowiharjo ya pejabat lagi. “Golkaar,” jawab
dalam dirinya (homo ludens). pemurnian (purifi kasi) dari sege- kan simbol masa lalu di ruang tersenyum sambil memberikan ditertawakan agar pada giliran- yang menulis, ‘Mati Ketawa Cara massa. “Begitu kok dibilang ko-
Manusia yang bermain, tertawa, nap paham yang sejak awal di- publik seperti pemisahan ruang pipi kiri manakala ditamar pipi nya setiap kita sadar dan pada Timur Leste’ (2002). rupsi. Siapa yang korupsi?” Lagi
bercengkrama dengan lelucon pandang telah tercampur budaya berdasarkan jenis kelamin untuk kanannya. Bukankah seorang akhirnya menginsafi kekeliruan Berikut ialah humor yang lagi massa serempak menjawab,
dan mengakrabi humor. lokal, takhayul dan khurafat hal-hal absurd, semisal tempat Kanjeng Nabi SAW yang men- yang diperbuat tanpa harus me- dengan berani mengolok-olok “Golkaaar”.
Sayang dalam praktiknya tawa dengan kembali pada ‘teks resmi’ parkir dan gunung ialah ekspresi gatakan, “Menampakkan senyu- nyalahkan orang lain. penguasa represif. Seorang pet- Di tengah situasi berbangsa
sering kali dibenturkan dengan masa kenabian. Ada zaman yang dari model keagamaan yang man kepada saudara kalian ialah Efektivitas perlawanan humor ani pernah bertanya kepada yang sering kali bersengketa
agama dan segenap hal yang diyakini ‘ideal’ dan setiap kita dicerabut dari dinamika kul- sedekah”. sudah terbukti dalam sejarah. Stalin, “Kamerad Stalin, kentang karena urusan politik dan pema-
dipandang memiliki otoritas diserukan kembali pada situasi tural dan menunjukkan kebun- Bagaimana humor dengan sem- kita begitu banyak diproduksi, haman agama yang berbeda,
(kekuasaan). Hubungan tawa arkais metafisika itu, kembali tuan dalam cara memahami roh Melawan lewat humor purna memperolok kekuasaan sehingga kalau disusun satu- maka tak ada solusinya kecuali
dan agama (kuasa) akhirnya pada kepurbaan secara harfi ah agama, atau dalam istilah Bung Maka humor sesungguhnya yang pada akhirnya menjadi satu di atas yang lain bisa naik ramai-ramai kembali pada tawa.
menjadi berjauhan dan cend- dan tekstual. Karno, sebuah sikap yang hanya bisa kembali dijadikan ajang awal kejatuhan sebuah rezim. terus di hadapan Allah.” Kata Karena tawa dalam banyak pene-
erung bermusuhan. Agama (dan Tentu saja praktik keagamaan mementingkan abunya Islam dan perlawanan kepada setiap ke- Tentu humor bukan satu-satunya Stalin, “Tapi Allah tidak ada!” litian bisa mengurangi beban
kuasa) menjadi sebuah institusi (dan kenegaraan) seperti ini tak melupakan ‘apinya’. cenderungan orang yang sok faktor tapi minimal humor punya Jawab petani, “Oh iya...kentang batin, terapi kesengsaraan, dan
yang dikondisikan bersifat an- pernah bisa santai, selalu melihat Mereka lupa bahwa Allahu serius dalam melihat banyak kemampuan tajam mengidenti- juga tidak ada!” Marcos dan dapat membuat usia hidup kita
gker, kedap kritik dan tertutup persoalan secara hitam putih, Akbar itu bukan isyarat untuk hal agar setiap kita kembali bisa fi kasi dan mengendus masalah Imelda ketika berada di sebuah panjang. Kata Volker Faust,
serta dijauhkan dari sesuatu yang islam-kafi r, salah-benar. Dunia menebar ketakutan di jalanan merayakan hidup dengan gem- krusial yang sedang menimpa pesawat pribadinya bertanya ke- “Barangsiapa yang tertawa, maka
dipandang bisa meruntuhkan dibelah dalam relasi dikotomik sambil merusak fasilitas umum bira, menjalani cara bernegara masyarakat yang tak bisa diba- pada pembantu di sampingnya, hidupnya akan lama.”
P
PALANGKA POSTALANGKA POST Redaktur Pelansana : Agustinus Djatta, Redaktur : M Jaini, Rickover Lantera, Seventin Gustapatmi, Rangga Andika, Assisten Redaktur : Osten Siallagan. Reporter
di Palangka Raya : Wahyudi Hendra, M Habibi, Ferry Santoso, Arianata, Dewi Kencana Wati, Bella Romadhani, Yohanes, Adik Sigit Permana, M Ridwan Noor.
Koresponden, Nanga Bulik : Heriyadi, Sukamara : Fahriansyah, Sampit : HM Baderi (Ka Biro), Sumiati, Na ri, Kuala Pembuang : Untung Wahyudi, Fredy
Mansyur Huda, Kasongan : Khairul Saleh, Kuala Kurun : Anthoneal, Pulang Pisau : Asprianta, Muara Teweh : Agus Siddik, Nasution, Puruk Cahu : Trisno,
Alamat : Jalan G Obos Nomor 30 kav 1-2 Palangka Raya Buntok : Shinta, Tamiang Layang : - , Kuala Kapuas : Bhakti Lapro Giadi, Sri Hayati, Pangkalan Bun : -
Penerbit : PT Media Palangka Pambelum
Terbit Pertama : 15 November 2001 Manager Produksi : Junaidi E endi, Operator Cetak : Ari Hartanto, Yunus Y Ikat, Kodrat P Aji, Tunes, Montas : Syahroni, Pra Cetak : Agung Priantoko, Ridwan
SK Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor C-15977HT/01.01 tanggal 24 Desember 2001 Ismail, Andriansyah, Gabriella Ois Meysiana.
Manager Keuangan & Akuntansi : -, Kabag Keuangan : -, Koordinator Sales & Marketing : Windraty Embang, Marketing Iklan Jakarta : Maya. Rahmad
Dewan Redaksi : Ediya Moralia, M Harris Sadikin, Pariyanto (08514680512), Account Executive : Meilisa Bela, Bagian Umum : Sigit Yadie Cahyo, HRD : M Alpiansyah.
Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : M Harris Sadikin
Pemimpin Perusahaan : Revy Apriani Agen : Palangka Raya : Fathir Agency (0536-322203), Anang Sukri Agency (081329051738), Kumala Agency (082156411182), Pangkalan Bun : Agency Ijai
Kabag Litbang : Hairil Supriadi (08125092246, Pagatan : Agency Syahrian (082153037502).
Ombudsman : - Percetakan : PT Media Palangka Pambelum
Alamat : Jalan G Obos Nomor 30 kav 1-2 Palangka Raya (Isi Diluar Tanggung Jawab Percetakan)