Page 88 - E-Modul Pelatihan Pengurus Koperasi
P. 88
kerugian akibat investasi dan penurunan nilai aktiva. Lebih lanjut (Nutri &
Wahyuningrum, 2019) mengatakan penilaian atas kesehatan koperasi aspek
permodalan dilakukan untuk mengetahui kemampuan KSP dan USP dalam menilai
tingkat pertumbuhan modal, aset dan pinjaman yang telah dikeluarkan koperasi.
Lebih lanjut lagi (Putri et al., 2021) mengatakan dalam pengukuran kinerja
permodalan sendiri sangat berguna bagi badan usaha untuk menilai pertumbuhan
modal koperasi dan berguna untuk membandingkan badan usaha lainnya yang
sejenis sehingga apabila suatu saat nanti terjadi kekeliruan maka hasil dari
pengukuran kinerja tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
sebuah keputusan tindakan apa yang akan dilakukan dalam memperbaiki
kekeliruan tersebut.
Dalam Permen Kop dan UKM No. 9 Tahun 2020 tentang pengawasan koperasi,
aspek permodalan paling sedikit meliputi kecukupan permodalan dan kecukupan
pengelolaan permodalan. Menurut Juknis Deputi Bidang Perkoperasian No. 15
Tahun 2021 tentang Pedoman Kerta Kerja Pemeriksaan Kesehatan Koperasi,
menyatakan variabel aspek permodalan memiliki indikator dan sub indikator,
yaitu:
1) Kecukupan permodalan
Kecukupan permodalan adalah kecukupan atau kemampuan bank dalam
hal permodalan diukur menggunakan rasio kecukupan modal (Capital
Edequacy Ratio (CAR)) (Irawati & Puspitasar, 2020, p. 6)
Penilaian kecukupan permodalan didasarkan pada 2 (Dua) sub
indikator, yaitu :
a. Ekuitas terhadap Total Aset
Rasio modal sendiri terhadap total aset merupakan pengukuran
kemampuan modal sendiri KSP/USP koperasi dalam mendukung
pendanaan terhadap total aset yang dimilikinya. Sejalan dengan pendapat
Dendawijaya (2005) dalam (Candraeni et al., 2013, p. 219) menyatakan
bahwa Equity to Total Assets Ratio merupakan rasio akan penggunaan
modal sendiri perusahaan dalam mendanai aset perusahaan. Selain itu,
(Nurfauziah, 2020) menyatakan bahwa Rasio Ekuitas terhadap Total Aset
83