Page 12 - E-MODUL S. PERNAPASAN MANUSIA (INK DAN PBL)
P. 12

1.  Tafsiran QS. Al An’am 125


                       Kata “Shadrahu” bermakna melapangkan dadanya. Dada yang lapang merupakan
                   gambaran  dari  penerimaan  iman  dan  islam  pada  diri  manusia,  ketika  manusia
                   percaya  bahwa  segala  sesuatu  mempunyai  pelajaran  dan  manfaat  yang  banyak,
                   hatinya  akan  mudah  menerima  pelajaran  dan  manfaat  yang  banyak  tersebut.
                   Sedemikian  banyaknya,  sehingga  ia  memerlukan  wadah  yang  luas.  Dari  sini
                   keadaanya  dilukiskan  sebagai  dilapangkan  dadanya.  Rangkaian  kedua  kata  diatas
                   juga berarti memperjelas, menerangkan dengan jalan melontarkan cahaya ke dalam
                   hati  manusia  dan  melalui  cahaya  itu  dia  akan  mengetaui  kebenaran,  dan  jelas
                   baginya jalan untuk meraihnya.

                       Menurut  Imam  Asy  Sya’rawi  dalam  ayat  ini  terdapat  dua  hidayah  Allah,  1.
                   Sekedar  menuju  jalan  kebenaran,  2.  Ketertarikan  untuk  melaksanakan  kewajiban
                   keagamaan  bagi  orang  beriman,  bahkan  menjadikannya  amat  tertarik  untuk
                   melaksanakan semua perintah-Nya. Nah dari kelapangan dada yang dianugerahkan
                   Allah  disini  menurut  Imam  Asy  Sya’rawi  adalah  menjadikan  persoalan-persoalan
                   yang  dinilai  sebagian  orang  sebagai  sesuatu  melelahkan,  tetapi  bagi  orang  yang
                   beriman terasa nyaman lagi ringan, sehingga dia melaksanakannya dengan penuh
                   kesungguhan serta diliputi oleh keasyikan dan kerinduan.


                       Kata  “Yasso’adu”  menggunakan  tasydid  (penekanan)  pada  huruf  shod,  padahal
                   dari  segi  bahasa  bisa  ditulis  tanpa  tasydid  itu.  Penggalan  ayat  ini  djadikan  oleh
                   sebagian ulama’ sebagai salah satu ayat yang mengandung  isyarat ilmiah. Bahwa
                   seseorang  akan  mengalami  sesak  napas  pada  saat  mendaki  langit/angkasa,
                   merupakan  salah  satu  kenyataan  ilmiah  yang  baru  dikenal  sejak  upaya  manusia
                   keluar angkasa, yakni pada akhir abad ke-XX ini. Kendati demikian Al Qur’an telah
                   mengisyaratkannya sejak abad XV yang lalu.

                       Ulama’ dahulu memahami QS. Al An’am yakni bagaikan dia sedang mendaki ke
                   langit  sebagai  gambaran  seseorang  yang  mendaki  meraih  sesuatu  tetapi  tidak
                   mampu  atau  selalu  gagal.  Seorang  kafir  bila  diajak  kepada  kebajikan  akan
                   mengalami  kesulitan  yang  luar  biasa,  hatinya  akan  merasa  sangat  berat,  tidak
                   ubahnya seperti orang yang sedang mendaki, terengah-engah dan mengalami sesak
                   napas.

                       Adapula yang mengartikan “Yassoadu” yakni mendaki ke langit atau mendaki ke
                   angkasa. pemilihan makna bertujuan untuk mengilustrasikan seakan-akan dia telah
                   berada di angkasa dan berusaha naik dan terus naik tahap demi tahap, tetapi ketika
                   telah hampir sampai di puncak, dia terjatuh, dan begitupun seterusnya.













                                                          10
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17