Page 56 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 56
“Tapi ingat, papa juga terlalu sibuk dengan pekerjaan,
sehingga tidak selalu punya waktu untuk mengajarkan
totounde kita menabuh suara merdunya. Untung ini hari
Minggu, jadi papa bisa tinggal di rumah dan beristirahat.
Sekarang totounde kita sedang asyik dengan dunia di
balik handphonenya,” kata ibu sambil menepuk-nepuk
pundak ayah.
“Dulu almarhumah mamaku selalu punya cara istimewa
untuk menghibur kami, ma,” kata ayah.
“Mungkin sudah saatnya papa teruskan cara almarhumah
mama ke anak-anak kita, jadikan sebagai tradisi,”
perkataan ibu segera disambut senyum mengembang di
wajah ayah. Di benaknya ada sebuah niat yang harus
segera dilakukannya.
Ayah menyeruput kopinya dengan tergesa-gesa sambil
mencicip sepotong pisang goreng, lantas ia beranjak
menuju ke teras belakang rumah. Di situ, ia menemukan
si Lala, yang duduk di lantai tegel berwarna putih,
menghiraukan sejuknya pohon palem dan mangga, suara
air yang tidak henti menciptakan riak di kolam kecil
berisikan ikan mujair, bahkan aneka bunga dan rumput
jepang yang menghiasi pekarangan di hadapannya
tersebut. Si Lala asyik memainkan telepon genggamnya.
63
“Epi , asyik betul kamu main handphonemu itu,” kata
ayah yang duduk di sampingnya. Lala sempat menoleh ke
63 panggilan anak perempuan
52