Page 58 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 58
“Ee papa! Kan lagi seru-serunya!” kata Lala merungut.
“Mama juga ikut aturan barunya papa, lho,” kata ibu yang
muncul membawakan nampan berisikan sepiring pisang
goreng, secangkir kopi milik ayah serta dua gelas es sirup.
Sikap Lala berubah ceria kembali.
“Sekarang sudah komplit, jadi papa mau mulai bercerita,”
kata ayah. Lala menatap ayahnya dengan aneh.
“Sudah jo, papa, masa harus bacerita, paling-paling juga
dongeng putri salju, atau sinderela, atau macam-macam,
so bosan saya dengar,” protes Lala.
“Yang ini lain, Epi, coba kamu dengar dulu, kalau
memang sudah kamu tahu ceritanya, papa langsung stop
dan kembalikan handphonemu,” kata ayah.
“Oke,” kata Lala sambil bersandar di pelukan ibu dan
mulai menyimak perkataan ayah.
“Ini adalah cerita tentang Jempajuju….
*
Dahulu kala, ada seorang pemuda yang tinggal tidak jauh
dari danau Poso, namanya Jempajuju. Ia telah beberapa
tahun hidup sebatang kara, ditinggal mati oleh kedua
orang tuanya yang hanyut tersapu banjir luapan danau.
Seharusnya ia tidak lagi tinggal di dekat danau, mengingat
rumahnya telah hanyut setelah kejadian tragis itu, tetapi ia
berkeras membangun kembali rumahnya tak berapa jauh
dari letak bekas rumahnya yang lama, persisnya sekitar
dua ratus meter dari danau, terpisahkan oleh barisan
54