Page 62 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 62
“Bukan, Epi, beda dengan Jaka Tarub. Sini papa jelaskan
sedikit. Jaka Tarub itu dimuat dalam Babad Tanah Jawi,
naskah sejarah Kesultanan Mataram yang banyak
dibumbui mitos demi reputasi Kesultanan sendiri. Saat itu
ada kabar bahwa Kesultanan Mataram didirikan oleh
keluarga petani dan bukannya keluarga bangsawan.
Bumbu mitos yang ditambahkan dalam naskah sejarah ini
dimaksudkan sebagai penguat keyakinan rakyat Jawa
tentang asal-usul leluhur raja-raja Mataram yang katanya
merupakan manusia setengah dewa….” Perkataan ayah
segera dipotong oleh ibu. Ayah segera sadar bahwa apa
yang sedang disampaikannya mungkin sulit dicerna oleh
Lala putri mereka.
“Kalau Jaka Tarub dan bidadari Nawang Wulan itu nanti
menikah dan punya anak yang kemudian menikah dan
beranak cucu, lalu cucunya tersebut kelak bergelar Ki
Ageng Sela yang merupakan buyut Panembahan
Senopati, pendiri Kesultanan Mataram,” kata ibu sambil
mengedipkan mata ke ayah.
“Jadi nanti yang Jempajuju dan bidadarinya itu punya
anak yang jadi raja, Ma?” tanya Lala dengan penasaran.
Ibu menatap ayah, memberi isyarat bahwa ia harus
melanjutkan ceritanya.
“Ceritanya tidak seperti itu, Epi,” sambung ayah sambil
membelai rambut Lala.
*
58