Page 66 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 66
“Ini disebut Oli mPorongo atau mas kawin. Di atas
78
79
nampan ada Sampapitu dan Pu’u Oli sebagai tanda
sahnya perkawinan. Dan saat ini juga, kami akan
80
melakukan Posintuwu di tempat ini,” kata seorang
perempuan tua yang segera mengiring Inao masuk ke
dalam kamar bersama beberapa perempuan lainnya
dengan membawa dua nampan tersebut. Beberapa
perempuan tampak sibuk menyalakan api di tungku
dapur, ada pula yang sibuk merapikan seisi rumah. Para
lelaki di luar mempersiapkan halaman untuk
dilangsungkannya acara pesta. Malamnya mereka
bersantap bersama, larut dalam canda dan tawa, dan
81
melakukan tarian adat yang disebut Dero .
78 Tujuh benda yang dapat dihitung menurut satuan barang, dan
memiliki nilai magis. Benda tersebut terdiri dari : logam atau keramik
sebagai simbol kekuatan, kain atau puya yang berasal dari
tumbuhan.
79 Biasa juga disebut Wawo Oli, benda yang dihitung menurut
puluhan dan memiliki nilai komersial.
80 Gotong-royong warga setempat untuk membantu terlaksananya
perkawinan tersebut berupa bantuan bahan-bahan makanan, uang,
dan sebagainya. Juga gotong royong di saat ada warga yang
kedukaan.
81 Tarian yang dilakukan lebih dari satu orang atau dilakukan secara
bersama-sama, yang melambangkan suka cita atau kebahagiaan
serta ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Pada gerakan tarian
Dero, semua orang harus saling berpegangan tangan dan bergoyang
dalam bentuk lingkaran. Namun, tarian yang sebenarnya tidak saling
berpegangan tangan. Tradisi berpegangan tangan sendiri berawal
dari zaman penjajahan Jepang sebagai hiburan mereka. Tarian Dero
aslinya diiringi oleh musik tradisional Nggongi dan Ganda dengan
diiringi vokal yang menyanyikan syair atau sebuah pantun.
62