Page 44 - Modul Karakter Kelas VI
P. 44

Oleh sebab itu, di dalam Perjanjian Baru, kata ‘pistis’ lebih sering pula

                 diterjemahkan sebagai ‘iman’ (TB-LAI) atau faith (KJV). Terkait hal ini,
                 sangat menarik untuk diketahui bahwa kata ‘iman’ tidak pernah muncul
                 dalam Perjanjian Lama Alkitab Terjemahan Baru terbitan LAI. Kata Pistis
                 yang dipahami di Perjanjian Baru memiliki pergeseran makna menjadi
                 lebih khusus ketika dikaitkan dalam konteks relasi umat dengan Allah.

                 Pada awalnya Pistis memiliki pengertian ‘rasa yakin, percaya, kepastian,
                 layak dipercaya, “jaminan” yang menimbulkan kemungkinan untuk
                 percaya,  pembuktian,  dan juga  dapat  diandalkan.  Namun  berikutnya

                 kata ini dipergunakan untuk memperlihatkan kualitas hubungan umat
                 dengan Allah  maupun  respon  umat  terhadap kabar baik  yang  dibawa
                 oleh Yesus Kristus. Dalam  konteks hubungan  antara  sesama manusia,
                 Alkitab  memberikan contoh  tentang kesetiaan sebagai sikap hidup
                 manusia. Sebagaimana ditunjukkan oleh raja Daud (2 Sam. 10:1-2) yang

                 tetap setia pada tuntutan-tuntutan perjanjian yang telah diadakannya.
                 Juga kisah menawan mengenai persahabatan antara Daud dan Yonatan
                 yang dimulai dan dikokohkan oleh sebuah janji (1 Sam 18:3).

                 Dalam  banyak  kisah di Alkitab  tentang  orang-orang yang percaya
                 terhadap Allah, kita melihat kesetiaan mereka, meskipun banyak sekali
                 hambatan bahkan aniaya yang mereka alami sebagai konsekuensi dari
                 kesetiaan itu (misal: Yer. 20:7-18; Yes. 50:4-11; Kis. 7:54-60; II kor.11:23-

                 28). Dari hal-hal di atas kita dapat melihat bahwa kesetiaan menjadi hal
                 yang sangat menonjol sehubungan dengan relasi antara manusia dengan
                 Allah,  maupun  manusia  dengan  sesamanya.  Karena itu,  Allah  begitu

                 menghargai kesetiaan manusia  dan menghendaki agar kita  bersikap
                 setia (misal: Bil.  12:6-8;  Yes. 26:2;  Mzm. 37:3;  Kis. 11:23;  Why. 2:10).
                 Secara khusus kita dapat melihat hal tersebut dalam perumpamaan yang
                 diberikan Tuhan Yesus, sebagaimana dikisahkan dalam Mat. 25:14-30.










                                                                                              35
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49