Page 126 - e-book sungai musi
P. 126

Pencemaran sungai musi karena gas Amoniak

                     Pemerintah   provinsi   Sumatera   Selatan,   gencar
               mempromosikan wisata Sungai Musi. Banyak wisatawan berkunjung
               menikmati  sungai  di  kota  tertua  di  nusantara  ini.  Sebagian  besar
               wisatawan  kecewa  karena  mereka  disajikan  polusi  udara  di  sungai
               yang masuk dalam 10 sungai terpanjang di Indonesia ini. Sejumlah
               wisatawan dari Jakarta, awalnya senang naik perahu ketek—perahu
               bermesin—  dari  Dermaga  Benteng  Kuto  Besak  menuju  Pulau
               Kemaro, saat menjelang perayaan Cap Go Meh 2014. Ketika mereka
               melintas di depan pabrik PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) mereka harus
               menutup  hidung  dan  mulut  karena  bau  pesing  yang  menyengat
               menyerang  mereka.  Kedua  mata  pun  terasa  pedih.  Ternyata,  bau
               tersebut berasal dari bau amoniak (NH 3 ) dari Pusri.

                     Pusri  merupakan  pabrik  pupuk  urea.  Dalam  pengelolaan
               pupuk,  pabrik  pupuk  tertua  di  Asia  Tenggara  ini  menggunakan
               amoniak  sebagai  bahan  baku.  Amoniak  adalah  produk  antara  dari
               pembuatan pupuk urea. Bahan baku pembuatan pupuk urea di pabrik
               Pusri  adalah  udara  (yang  diambil  gas  Nitrogen  dan  Karbon
               dioksidanya, sedangkan oksigen sebagai produk sampingan), dan gas
               alam  (gas  hidrogen  yang  berasal  dari  pertamina).  Gangguan  bau
               amoniak  ini  sudah  puluhan  tahun  dirasakan  masyarakat  di  sekitar
               Pusri, seperti di Kalidoni, Sei-Selincah, 1 Ilir, Sei-Buah dan wilayah
               Plaju.

                     Guna mengatasi polusi amoniak ini, Pusri membangun empat
               unit PGRU (purge gas recovery unit). PGRU itu berfungsi menangkap
               kembali amoniak yang terlepas. Mengenai masih ada polusi amoniak,
               seperti dirasakan warga yang melintas di Sungai Musi sekitar pabrik,
               karena  tiga  dari  empat  pabrik  milik  Pusri  masih  menggunakan
               teknologi lama yang tidak ramah lingkungan. Kerja PGRU pun jadi
               tidak maksimal. Solusi terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan cara
               mengganti  tiga  pabrik  yang  usia  rata-rata  di  atas  30  tahun  dengan
               pabrik teknologi baru yang ramah lingkungan. Pusri terus berupaya.
               Secara bertahap unit pengolahan pabrik tersebut akan diganti. Biaya
               pembuatan  setiap  pabrik  dengan  teknologi  baru  yang  ramah
               lingkungan cukup mahal mencapai Rp 6-7 triliun per unit.



                   94   SUNGAI MUSI; Jejak Perjalanan dan Pembangunan Berkelanjutan
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131